1 Februari 2016

DECEPTION POINT by DAN BROWN

Diposting oleh Mellisa Assa di 1:13:00 PM
Penulis: Dan Brown
Penerjemah: Inggrid Dwijani Nimpoeno
Penyunting: Esti Budihabsari
Penerbit: PT Bentang Pustaka
ISBN: 978-602-291-088-6
Tebal Buku: 700 halaman;18 cm
Tahun Terbit: 2015
Genre: Science-Fiction, Thriller

Rachel Sexton, analis Intelijen Gedung Putih, menghadapi dilema ketika presiden Amerika Serikat memintanya menyelidiki penemuan ganjil NASA di Kutub Utara. Apalagi Senator Sexton, ayah Rachel, hendak menantang sang Presiden dalam pemilihan mendatang. Rachel curiga bahwa Presiden hanya ingin memanfaatkannya dalam sebuah intrik politik.
Kecurigaan Rachel menjadi teror ketika sebuah pasukan misterius mengincarnya. Penemuan NASA yang terkubur jauh di dalam es Kutub Utara itu ternyata memakan korban. Dua ilmuwan terbunuh. Rachel dan akademisi Michael Tolland diburu dalam keganasan cuaca Kutub Utara karena mengetahui muslihat luar biasa yang dirancang untuk menipu seluruh dunia.
Dari pusat pemerintahan Amerika ke keganasan iklim Kutub Utara, Dan Brown meramu sains, sejarah dan politik dalam sebuah kisah penuh kejutan dan ketegangan.
===
Sebelum masuk ke bagian review, aku mau memperkenalkan dulu tokoh-tokoh yang ada dalam novel ini:
  • Rachel Sexton: Analisis Intelijen Gedung Putih, putri senator Sedgewick Sexton
  • Michael Tolland: Ahli Kelautan Terkenal
  • Sedgewick Sexton: Senator Amerika Serikat, Calon Presiden Amerika Serikat, ayah Rachel Sexton
  • Gabriella Ashe: Asisten Pribadi Sedgewick Sexton
  • Zachary Herney: Presiden Amerika Serikat
  • William Pickering: Direktur NRO, atasan Rachel Sexton
  • Marjorie Tench: Juru Bicara Gedung Putih
  • Corky Marlinson: Ahli Astrofisika
  • Lawrence Ekstrom: Administrator NASA
  • Norah Mangor: Ahli Glasiologi
NASA terpuruk. Gagalnya beberapa proyek dan besarnya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk membiayai setiap proyek NASA, ikut menurunkan dukungan terhadap presiden saat ini, Zachary Herney. Sedgewick Sexton, senator Amerika Serikat yang mendapat suara terbanyak di partainya untuk menjadi calon Presiden Amerika Serikat menggunakan isu tersebut untuk mendapatkan dukungan. Dibantu oleh Gabriella Ashe, asisten pribadinya yang Afro-Amerika, cantik dan pintar, Senator Sexton mencoba menaikkan dukungannya dengan menyudutkan presiden Herney dan dukungan presiden terhadap NASA.
Disaat bersamaan, presiden Herney memerintahkan Rachel Sexton untuk menganalisa temuan NASA, tanpa diberitahukan lokasinya. Rachel bertanya-tanya, apa tujuan sebenarnya presiden memintanya, terlebih setelah dia diperingatkan oleh atasannya William Pickering, kalau bisa saja Rachel dimanfaatkan dalam intrik politik. Mendukung pemerintahan saat ini dan menentang sang ayah. Tapi hubungan Rachel dengan sang ayah memang tidak baik. Perintah presiden membawa Rachel ke Kutub Utara. Mempertemukannya dengan ilmuwan-ilmuwan yang ahli dalam bidang mereka masing-masing. Michael Tolland, Corky Marlinson, Lawrence Ekstrom, Norah Mangor adalah orang-orang baru yang ditemui Rachel Sexton. Orang-orang yang secara tidak langsung menjawab pertanyaan Rachel, untuk apa kehadirannya diantara para ahli, dan sekaligus memperlihatkan temuan menakjubkan kepada Rachel. Temuan yang bisa memperbaiki nama NASA dan mendongkrak kembali dukungan untuk presiden Herney. Tapi, sesaat sebelum konferensi pers untuk mengungkapkan temuan NASA kepada publik, Rachel, Michael, dan Corky menemukan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting dan berhubungan dengan kebenaran yang akan diungkapkan lewat konferensi pers. Membuat Rachel, Michael, Corky dan Norah tiba-tiba menjadi sasaran pembunuhan pasukan misterius. Saat berhasil lolos dari maut, Rachel berusaha menghubungi presiden Herney untuk membatalkan konferensi pers. Bukannya bicara dengan presiden secara langsung, Rachel malah berbicara dengan Marjorie Tench yang membentaknya dan berusaha untuk mencari tahu keberadaan Rachel lewat atasannya William Pickering. Lewat bantuan Pickering, Rachel dan teman-temannya berusaha kembali ke Washington sambil mengumpulkan bukti dan fakta dibalik temuan NASA. Membuat mereka sekali lagi diburu dan menjadi target pembunuhan. Pertanyaannya, siapakah yang menginginkan mereka mati dengan membawa rahasia yang tanpa sengaja terungkap?

Tidak salah memang kalau novel ini masuk dalam daftar salah satu novel science-fiction terbaik. Bukan cuma membahas fiksi ilmiah saja, tapi penulis menggabungkan unsur politik dalam cerita yang berbalut thriller ini. Tebal halamannya tidak akan menjadi penghalang untuk enggan membaca novel ini. Saat kita sudah masuk dalam cerita, kita akan enggan meninggalkan buku ini.
Ceritanya tidak hanya berpusat pada Rachel dan usahanya meloloskan diri dari maut saja. Seperti yang tertulis di sinopsis, ceritanya akan saling beralih dari pusat pemerintahan Amerika ke Kutub Utara. Bagian awal kita akan disuguhi drama politik antara Senator Sexton dan Presiden Herney. Dan kita akan melihat dua pribadi yang sangat berbeda. Yah, zaman sekarang memang banyak masyarakat yang lebih terpikat pada figur daripada kualitas yang sebenarnya. Sedgewick Sexton dari awal sudah digambarkan sebagai tokoh yang tamak, manipulatif, munafik dan tidak berperasaan. Sementara kita akan dibuat penasaran dulu dengan sifat asli yang sebenarnya dari seorang Zachary Herney.
Novel ini juga punya beberapa wanita pintar. Rachel Sexton, Gabriella Ashe, Marjorie Tench dan Norah Mangor. Yang jadi favoritku tentu saja Rachel dan Gabriella. Rachel yang memiliki kemampuan menganalisa yang luar biasa dan diberkahi memori ingatan yang sangat besar, membuatnya kaya wawasan dan sifatnya yang pantang menyerah dan berani. Dan, Gabriella, gadis muda yang berambisi sukses di dunia politik dan menjadi bagian penting gedung putih. Yang sudah mengagumi Sexton sejak masih duduk di bangku kuliah dan mendapat kesempatan menjadi asisten pribadinya. Gabriella yang meski bekerja dengan orang yang licik, tapi tetap bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Konflik yang paling besar sebenarnya konflik politik. Keinginan egois untuk mempertahankan sebuah organisasi justru berakhir dengan memakan banyak korban yang tidak bersalah. Dan terutama melibatkan pasukan yang harusnya hanya diutus dalam misi-misi rahasia, tapi karena kekuasaan malah dimanfaatkan untuk menjadi pasukan pembunuh. Tapi penulis berhasil meramu unsur fiksi ilmiahnya sebagai latar belakang cerita. Meski genrenya Science-Fiction, tapi aku tidak menemukan kalimat-kalimat berbelit yang kadang susah dijangkau otakku. Sebaliknya penulis menuturkan bagian fiksi ilmiah tanpa berbelit-belit dan membosankan. Memang awalnya kita masih diajak berputar-putar dulu ke hubungan Rachel dan ayahnya, trik yang dimainkan Sedgewick Sexton, isi kepala Gabriella Ashe, sebelum masuk ke inti cerita. Tapi begitu masuk ke bagian serunya, ditinggal pipis aja nggak rela. Dan sama seperti Rachel Sexton, aku juga bingung harus mengarahkan telunjuk kepada siapa. Presiden Herney, Lawrence Ekstrom atau Marjorie Tench? Dan, penulis juga berhasil membuat aku syok dengan twist ceritanya. Nggak ketebak pokoknya. Bukan cuma dibuat bingung dengan siapa pelaku sebenarnya, tapi kita juga akan dibuat bingung dan penasaran dengan temuan yang sebelumnya sudah dimanipulasi. Dan aku juga beberapa kali menahan napas saat nyawa Rachel dan Michael mulai terancam. Membaca novel ini kayak lagi naik roller coaster. Saat tegang dengan usah Rachel dan Michael meloloskan diri dari maut, selanjutnya kita akan sedikit tenang dulu karena scene cerita sudah beralih ke bagian Sedgewick, Gabriella atau presiden Herney.
Penyuka genre thriller dan science fiction yang belum membaca novel ini, WAJIB menambahkan novel ini dalam daftar wishlist. Ahhh,,berharap difilm-in deh novel ini. Semoga saja ada produser yang tertarik.

4 of a 5 Stars
 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mells Book's Shelves © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor