Aku
kalut karena tidak juga menemukan Edwin. Aku semakin kalut saat membayangkan
beberapa bulan ke depan aku akan meninggalkan Melbourne … yang artinya harus
benar-benar menutup kisahku dengan Edwin. –Alenna
Saat
mereka berpelukan, aku merasa ada bola baseball yang menghantam wajahku dengan
keras. Setelah itu, aku ada di lapangan hoki yang ternyata lapisan esnya retak,
lalu longsor. Aku tenggelam. –Athian
Alenna datang ke
Melbourne beberapa tahun lalu. Ia mengambil studi di sana dengan satu alasan
kuat : menemukan Edwin. Sejak kedatangannya, tak pernah sekali pun ia
melewatkan Melbourne Festival karena ia yakin ia akan menemukan Edwin disana.
Athian masih menunggu
Gemma, mantan pacarnya, yang lebih memilih pergi ke Prancis untuk mengejar
impiannya. Di tengah patah hati yang mendera, Athian bertemu Alenna yang
menurutnya mirip Gemma.
Alenna dan Athian tidak
menyadari … hati mereka sama-sama tersesat.
Judul : Two Lost
Souls
Penulis : Pia Devina
Penerbit : PT Gramedia
Pustaka Utama
Desain Sampul : Orkha
Creative
ISBN : 978-602-03-1235-4
Tebal : 208 halaman
; 20 cm
Kategori : Young Adult,
Romance
***
Aku memejamkan mata, menguntai
memori-memori yang selalu bercerita tentang lelaki yang sama. Di usia 22 tahun,
aku masih menunggu lelaki yang telah meninggalkanku ke Melbourne,
bertahun-tahun lalu, saat kami masih duduk di kelas dua SMA. Dia menjadi
satu-satunya alasan tiga tahun lalu aku memutuskan untuk melanjutkan studiku di
School Of Business and Economics, Melbourne University –yang lebih sering
disebut Melbourne Uni- selepas lulus SMA. Aku ingin pergi ke Melbourne untuk
bertemu Edwin-ku.
Melbourne adalah tujuanku. Tempat
lelaki yang kurindukan berada. Walaupun nyatanya, aku tidak tahu dengan pasti
di mana sekarang lelaki itu berada. Setahun setelah kepergian Edwin ke
Melbourne, aku tak pernah mendengar kabar apa pun darinya. Aku nyaris putus
asa, tetapi aku lebih memilih untuk menahan rinduku untuknya. Apakah perasaan
ini akan bertahan? Hatiku … dan ingatanku … apakah akan selalu menggaungkan
nama Edwin yang sampai saat ini tidak pernah berhenti aku rindukan? Tuhan … aku
ingin bisa melihat orbit kisah cinta ini dengan jelas. Aku ingin menemukan
pijakan untuk hatiku. – Alenna –
---
Aku masih ingat ekspresi kaget cewek
itu saat menyodorkan tiket Portals, sepuluh menit yang lalu.
Sumpah, saat dia berekspresi seperti
tadi, aku semakin merasa kalau dia adalah Gemma-ku.
Damn! Harusnya aku punya filter di
dalam otakku yang bisa membedakan dengan jelas mana Gemma dan mana Alenna.
“Ya,
we’ll find your boy.” Aku
menetralkan nada suaraku, sekilas memandangi tiket yang ada di tangan Alenna. Sebenarnya
aku juga sangsi. Mencari seseorang di festival besar semacam Melbourne Festival
bukan perkara mudah. Tapi, ya … kenapa tidak aku coba? Hitung-hitung aku
bersenang-senang datang ke sana bersama Gemma … eh, maksudku, Alenna. –Athian-
***
Yang
terjadi pada Alenna dan Athian adalah CLBK alias cinta lama belum kelar. Dari judulnya
sih aku nebaknya mungkin Alenna dan Athian menjalin hubungan karena unsur
pelarian. Tapi ternyata aku salah. Ceritanya simpel aja sih, Alenna yang belum
bisa melupakan cinta pertamanya Edwin, sampai nekat menyusul ke Melbourne untuk
mencarinya. Dan di sana Alenna bertemu Athian, yang masih menyimpan cintanya
untuk Gemma, mantan pacarnya yang lebih memilih karir daripada pacar. Dan Alenna
mirip Gemma. Athian sendiri ingin memastikan rasa yang timbul setiap bersama
Alenna itu apakah hanya karena Alenna mirip Gemma, atau sesungguhnya dia
benar-benar sudah jatuh cinta pada Alenna. Dan tiba-tiba Alenna kembali bertemu
dengan Edwin, merajut kembali jalinan cinta yang terpisah jarak lima tahun
lamanya. Meninggalkan Athian dan hatinya yang patah. Saat Alenna mengetahui kebenaran yang pahit mengenai Edwin, dan kembali dekat dengan Athian, Gemma kembali dari Prancis dan kembali membentangkan jarak antara Alenna dan Athian.
Cerita
yang simpel tapi enak dinikmati karena kepiawaian Pia merangkai kata. Berlatar kota
Melbourne, tapi kali ini Pia tidak melulu terpusat pada deskripsi penuh kota
Melbourne. Deskripsi lokasi dan ceritanya kali ini seimbang. Pia masih
menggunakan alur khas-nya di novel ini yakni maju-mundur. Dan novel ini juga
bercerita dengan sudut pandang Alenna dan Athian.
Saat
banyak yang bilang penulis cewek susah menulis dengan PoV cowok, aku sempat
mikir, emang apa susahnya sih tinggal nulis doang? Tapi makin kesini aku mulai
paham kalau memang nggak gampang menulis dengan PoV cowok karena kadang tanpa
sadar pikiran cewek kita suka keluar. Dan kayaknya ini terjadi juga dengan
Athian. Di scene dimana Athian mengunjungi apartemen Alenna dan mulai
mendeskripsikan isi apartemennya. Pikiran cewek Pia keluar saat Athian bisa
mengenali warna soft purple dengan detil.
Tapi
keseluruhan ceritanya oke-oke saja menurutku, meski masih disertai typo. Novel
ini pas dilabeli Young Adult karena temanya yang tidak berat tapi juga nggak
too cheesy. Covernya juga eye catching, dengan gambar 2 pohon yang menyatu dan
membentuk symbol hati, dilatari warna birunya langit dan hijaunya rerumputan.
Baca
ceritanya dan kita akan larut dengan rangkaian kata Pia. Cerita simpel pun akan
meninggalkan bekas begitu kita selesai membaca.
***
Suatu
hari di akhir februari, lima bulan setelah pertemuan kami.
Deret
waktu mungkin masih mengintip ke arahku. Menjadi saksi mata akan
potongan-potongan adegan dalam rangkaian episode pencarianku. Lima tahun
lamanya.
Periode
panjang yang bagiku seringkali menyesakkan dada. Tapi, mungkin tidak, bila saat
itu aku memutuskan untuk memecah harapan agar bisa menemukan arah, dan tidak
menembus gelisah menuju Melbourne. Namun, mungkin aku tidak bisa menyesap seri
ceritaku yang sekarang.
Lima
tahun yang terbantahkan oleh waktu lima bulan.
3 of a 5 stars
0 komentar:
Posting Komentar