28 Mei 2015

(Novel Amore's Review) Mahogany Hills by Tia Widiana

Diposting oleh Mellisa Assa di 11:06:00 AM 0 komentar
Bersamamu, cinta menjadi sangat sederhana...

Jagad Arya dan Paras Ayunda mendapatkan kehidupan yang mungkin diharapkan oleh semua pasangan pengantin baru. Segera setelah menikah, mereka tinggal di rumah bernama Mahogany Hills, di pelosok pegunungan Sukabumi yang sejuk dan indah. Yang membedakan Jagad dan Paras dengan pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad maupun Paras punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan. Semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.
Dengan cara masing-masing, Jagad dan Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang harus mereka jawab: sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna itu?

Judul: Mahogany Hills
Penulis: Tia Widiana
Desain Cover: Cynthia Yaneetha
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku: 344 halaman ; 30 cm
Tahun Terbit: 2013
ISBN: 978-979-22-9584-9
Kategori: Romance, Amore
Rate: 4 of a 5 Stars

Ada empat unsur yang sering kita lihat di film atau drama ada di novel ini. Perjodohan, pernikahan tanpa cinta, dan yang dua sisanya tidak akan aku sebutkan demi menghindari spoiler. Kita akan bertemu dengan Paras yang memiliki stok sabar berlebihan, dan Jagad yang merasa memiliki harga diri yang begitu tinggi, hingga dia merasa kalah di ronde pertama pertarungan dengan keluarganya karena menyetujui perjodohan tersebut.
Bisa dibilang kalau Paras dan Jagad ini sama-sama bego. Kenapa bisa begitu? Di dunia ini, sekali pun kita sebagai perempuan begitu mengagumi dan mencintai seorang lelaki sejak lama, tapi kalau yang kita terima sebagai imbalan hanya berupa kata-kata kasar bahkan sampai menjatuhkan harga diri sampai ke lapisan bumi paling bawah, si sabar ini lama-lama bakal nyerah juga. Itu yang terjadi pada Paras. Melupakan segala sakit hati yang disebabkan Jagad dengan harapan Jagad bisa balas mencintainya. Sementara Jagad, yang tidak memungkiri hatinya kalau dia juga tertarik pada Paras, tapi lebih mementingkan egonya. Tidak terima dengan keputusan orangtuanya, Jagad justru membalasnya pada Paras. Dengan harapan Paras akan menyerah dengan pernikahan ini, dan mengajukan gugatan cerai. Padahal dia sendiri juga tersiksa dengan perasaannya. Tapi yang namanya hati, tidak bisa dibohongi. Ratusan kali menyangkal, tapi ratusan kali pula Jagad harus mengakui kalau dia mulai jatuh cinta pada Paras.
Bukan cuma Paras yang harus bersabar dengan Jagad. Kita sebagai pembaca juga bakalan harus berapa kali mengelus dada. Untungnya penulis mengemas cerita dengan menarik. Dari cara penulis bercerita, diksinya, dan penggambaran latar tempat tinggal Paras dan Jagad –keindahan Mahogany Hills-. Sebelumnya, aku pernah membaca novel dengan tema yang sama, tapi aku kurang merasakan feel-nya. Berbeda dengan novel ini yang menggunakan 3rd PoV, tapi bukan hanya dari sudut pandang Paras seorang saja, tapi juga sudut pandang seorang Jagad. Kita sebagai pembaca jadi bisa tahu apa yang ada di pikiran Jagad dan perasaannya terhadap Paras.
Aku bisa merasakan feel dan emosi yang coba dibawa penulis. Ikutan sedih, sakit hati dan pilu saat Paras diperlakukan kasar dan dianggap seperti tidak ada oleh Jagad. Jadi pengen menggetok kepala Jagad dengan martil, supaya dia bisa sadar secepatnya, bagaimana hebatnya perempuan yang sudah menjadi istrinya itu. Tapi begitu keadaan berbalik, aku malah jadi iba pada Jagad. Yah, Tia memang berhasil membuat hati dan perasaanku sebagi pembaca jadi jungkir balik. Belum lagi dibikin mupeng dengan kemampuan Paras dalam hal memasak. She really make me jealous hehehe. Munculnya orang ketiga dalam hubungan Paras dan Jagad semakin memperuncing konflik, walau si orang ketiga ini nggak sebegitu menggigit juga sih.
Aku sempat bertanya-tanya, kenapa halaman novel ini bisa setebal itu, padahal belum sampai setengah halaman, Jagad sudah mulai mengakui perasaannya dan ingin meminta kesempatan kedua pada Paras –so I thought that the story would be end-. Tapi kejutan selanjutnya terjadi, membuatku mengerti kenapa halamannya masih banyak. Meski ada kejanggalan mendekati ending cerita dan masih ada beberapa ‘kegagalan’ penulisan dalam bentuk typo, but I really enjoy reading this book from the beginning till the end.
Pesan moral yang aku tangkap dari novel ini adalah kita nggak akan pernah bisa menghindar kalau hati kita sudah memilih untuk jatuh pada seseorang. You won’t feel it, until you lost it.

27 Mei 2015

Kismet by Nina Addison

Diposting oleh Mellisa Assa di 8:56:00 AM 0 komentar
Kismet//Takdir//Destiny. Kata yang melibatkan semacam rahasia kosmik, yang memberi letupan kejutan di sana-sini dalam hidup seseorang, menggiringnya ke tempat ia seharusnya berada.
Konsep itu menggelikan bagi Alisya.
Tetapi ketika di tengah hiruk pikuk New York City ia bertemu dengan Cia, perempuan yang seketika menjadi sahabatnya, Alisya bertanya apakah takdir sedang bekerja?
Lalu muncul Raka, satu-satunya cowok yang bisa membuat Alisya jatuh cinta. Lelaki yang, lagi-lagi, dibawa takdir masuk ke hidupnya. Sayangnya, takdir yang satu ini berpotensi menghancurkan persahabatannya dengan Cia. Jadi, mana yang harus ia pilih?
Orang bilang persahabatan itu kekal, untuk seumur hidup. Namun, bukankah cinta sejati juga demikian?

Judul: Kismet
Penulis: Nina Addison
Editor: Dini Novita Sari
Ilustrasi Sampul: Alfi Zachkyelle
Ilustrasi Naskah & Foto: Nina Addison
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
ISBN: 978-602-03-1487-7
Rate: 3,5 of a 5 Stars

Kalau dilihat dari sinopsis, mungkin calon pembaca akan mengira kalau ada unsur cinta segitiga di dalamnya. Tapi menurutku bukan pure cinta segitiga juga sih.
Alisya dan Cia memulai persahabatan mereka di musim gugur delapan tahun yang lalu di New York City. Dari pertemuan tak sengaja setelah Cia secara tidak langsung menolongnya, mereka menjadi roommate yang kemudian berkembang menjadi hubungan persahabatan. Bisa dikatakan, mereka berdua adalah dua sosok dengan sifat bertolak belakang, tapi bisa nyambung dan kompak. Alisya yang picky, dan Cia yang mudah berganti pasangan. Alisya yang tidak percaya takdir, dan Cia yang mati-matian percaya dengan ‘sesuatu’ yang sudah ditakdirkan, termasuk pertemuannya dengan Alisya.  Kesamaan mereka berdua adalah, mereka sama-sama anak gadis yang ‘kabur’ dari rumah karena bentuk protes pada keluarga. Suka duka mereka lalui bersama. Saling mendukung satu sama lain. Hingga mereka membuat perjanjian untuk selalu berbuat kebaikan, sekecil apa pun itu, di hari ulang tahun mereka –yang lagi-lagi kebetulan cuma beda sehari-. Mempertemukan Alisya dengan Mr. Gajah. Pelanggan di bar tempat Alisya bekerja, yang juga kebetulan berdarah Indonesia. Mr. Gajah enggan menyebutkan nama aslinya sampai di pertemuan selanjutnya dan mati-matian meminta Alisya untuk bertemu dengan adiknya. Tapi sampai di hari perjanjian mereka, baik Mr. Gajah maupun adiknya tidak pernah menepati janji. Masalah lain mendera Cia. Dia hamil dan kekasihnya enggan bertanggung jawab. Cia memutuskan untuk pulang kembali ke keluarganya di Jakarta yang sudah lama dia tinggalkan. Meninggalkan Alisya sendiri di New York. Hingga lima tahun berlalu dan Alisya sudah berhasil mewujudkan mimpinya. Waktu membawanya kembali ke Jakarta, menemui Cia dan Hope, putrinya. Dan mempertemukan dirinya dengan Raka. Lelaki yang dari awal pandangan mereka bertemu, sudah membuat dadanya berdebar. Raka pun menunjukkan perasaan yang sama. Tapi sayang untuk Alisya, karena Cia dan Hope juga mengharapkan Raka menjadi bagian keluarga kecil mereka.
Novel ini jadi karya pertama penulis yang aku baca, dan aku suka. Tema cerita yang not too complicated di awalnya karena menggambarkan ikatan persahabatan yang kuat antara Alisya dan Cia. Kehidupan mereka yang sederhana, bagaimana mereka menjalani hari mereka, bagaimana mereka saling menyayangi dengan cara mereka sendiri, saling mendukung dalam mencapai impian masing-masing. Sama-sama berjuang dan bertahan di tengah-tengah hiruk pikuk Kota New York. Sederhana tapi bermakna.
Munculnya tokoh Raka dan hubungannya dengan Mr. Gajah, menambah kejutan dan warna dalam cerita serta menjadi konflik utama cerita. Sumpah deh, Raka emang bikin meleleh. Bukan karena romantisnya, tapi gerak-gerik dan sikapnya selama berada dengan Alisya. Nggak heran kalau Cia juga jatuh hati padanya, karena Raka juga begitu manis dan cepat akrab dengan Hope anaknya. Selain Raka ada juga tokoh Ethan, adiknya Alisya, yang mampu menetralisir keadaan. Menenangkan dengan caranya sendiri. Make me wonder kalau mbak Nina ada niat nggak bikin kisah Ethan di novel selanjutnya.
Aku biasanya mudah bosan dengan cerita yang ringan. Yang dari cerita awal menuju konfliknya kelamaan. Tapi nggak dengan Kismet yang menarik karena gaya bahasa mbak Nina yang ringan dan monolog Alisya yang kadang lucu. Ringan tapi bertaburan quotes penuh arti dan beberapa diantaranya menjadi favoritku. Yaitu:
- Jangan paksa hati lo melakukan sesuatu yang lo nggak ingin. Hal 59
- Bukan karena aku takut pada komitmen, but simply because he never had my heart. Hal 62
- Like my world is in perfect harmony. Hal 71
- Tapi ketika kita sudah dewasa, apa sih anti bertambah umur selain tanggal expired yang semakin dekat? Kalau ada yang bisa kita rayakan, itu adalah menjadikan keberadaan kita di dunia ini jadi lebih berarti. Hal 75
- Well, I think worrying is what mothers do. She can’t help it. And dad tend to give tough love. Hal 85
- Because my wife is the love of my life. Hal 87
- Mereka percaya bahwa bahasa adalah aset dalam hidup. Hal 89
- Home has never been a house or a place. And friendship are even rarer than red diamonds. Hal 111
- Only a fool won’t act. Hal 224
- Time is irrelevant in this matter. I can’t explain it logically. When you feel it, you feel it. Hal 240
- ‘Almost is never enough’ is it? Hal 243
- You can’t force love to exist or to non-exist. Just deal with it when it happened. Hal 256
- The thing about love, it requires hard work to maintain it. Because in love, people are constantly changing. That’s just what life does to us, it changes us. Hal 259
- You will never know unless you try. Hal 262
- It’s not the end of the world. There is still a hope. Hal 273
- Cinta sejati itu penuh bompel-bompel, growakan, tambalan sana-sini, retak sana-sini. But guess what? Ketika dia masih bernyawa, dia akan tambah kuat selepas tiap cobaan yang datang. Hal 278
- Kismet. What a funny word. Even funnier concept. Hal 285
- But even the memory of you was just too damn stubborn. You always found a way to haunt inside my head. Hal 289
Sayangnya, menurutku porsi Raka kurang banyak di novel ini. Telat munculnya, jadi begitu cerita berakhir aku belum puas. Intermezzo persahabatan Alisya dan Cia malah menurutku kepanjangan dan hampir mendominasi. Deskripsi kota New York juga kurang porsinya. Cerita seolah memang hanya terpusat pada persahabatan Alisya dan Cia saja. Dari keseluruhan ceritanya, koneksi antar tokoh, aku malah jadi menarik kesimpulan kalau kebetulan dan takdir itu hampir mirip. Belum lagi pertanyaan sepele di part Raka yang tanpa sengaja melihat payung lipat milik kakaknya ada pada Alisya. Kok bisa sebuah payung lipat bisa bertahan selama lima tahun tanpa ada kerusakan. Antara dua aja sih, pabrikannya yang bagus atau payungnya yang memang nggak  pernah dipake. Dan bisa aja yah si Alisya kepikiran membawa payung lipat dari New York ke Jakarta.
Tapi seperti yang sudah aku bilang tadi, kalau gaya bahasa mbak Nina memang ringan. Karena ringan dan enak diikuti, aku jadi teralihkan. Pertanyaan sepele itu justru muncul setelah aku selesai membaca ceritanya.
Kesimpulannya, aku benar-benar menikmati ceritanya dan suka dengan cara mbak Nina mengemas ceritanya dan mengangkat takdir sebagai topik utama.

Life may bring you wrong turns, but destiny will take you there.

19 Mei 2015

Review Gloomy Gift by Rhein Fathia

Diposting oleh Mellisa Assa di 11:31:00 AM 0 komentar
Hadiah Yang Suram Di Hari Pertunangan,,,

“Just stay with me. There’s no safer place in world then right here with me, Kara.” –Zeno-

“Aku tidak akan menikahi seseorang yang memiliki pekerjaan menantang maut setiap detiknya.” –Kara-

SINOPSIS:

Kupandangi kamu dengan wajah memelas. Berharap kamu mau menyingkap apa yang sedang kita alami sekarang. Kamu tetap pada pendirianmu, bungkam. Pura-pura tak ada hal besar yang baru saja terjadi.

Bagaimana mungkin semua baik-baik saja? Di hari pertunangan kita, segerombolan orang menyerbu rumah. Tembakan diletuskan. Peluru. Jeritan orang-orang. Dan, kamu membawaku kabur masih dengan kebaya impian yang kini terasa menyiksa dipakai di saat yang tak sepantasnya. Hari yang seharusnya bahagia, menjelma tegang dan penuh tanya. Kenapa kita harus lari? Belum cukupkah aku mengenalmu sejauh ini?


Aku tak siap menyambut kenyataan. Tak siap jika harus kehilangan. Tak kuat menahan rasa takut yang berkepanjangan.

Judul: Gloomy Gift
Penulis: Rhein Fathia
Penyunting: Pratiwi Utami
Pemeriksa Aksara: Septi WS
Perancang Sampul: Wahyudi
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal Buku: 284 halaman
Genre: Action-Romance
ISBN: 978-602-291-089-3



***

Sometimes love is about facing your biggest fear.

Tidak pernah terbayang di benak Kara, kalau pertunangannya dengan Zeno harus berakhir kacau. Diawali dengan sekelompok orang yang menyerbu rumahnya yang diikuti dengan letusan senjata, menimbulkan kepanikan pada keluarga besarnya, dan membuatnya harus dibawa kabur oleh Zeno untuk bersembunyi, masih dengan kebaya pertunangannya. Alasan Zeno saat itu adalah, kelompok orang-orang itu adalah debt collector yang ingin menagih hutang kartu kredit. Tapi saat mulai menerima SMS-SMS dari Raymond –yang tanpa sepengetahuan Kara adalah bos Lintang Samudera, penyebab kericuhan di hari pertunangannya-, Kara mulai mempertanyakan siapa Zeno sebenarnya. Dia mulai mencurigai lelaki yang baru saja bertunangan dengannya. Zeno sendiri tidak bisa menjelaskan apa pekerjaannya selain arsitek. Bahwa dia beserta ayah dan adiknya, serta beberapa kenalan ayahnya, membentuk organisasi swasta bernama Save Your Life, yang bekerja layaknya investigator swasta. Dan bahwa karena pekerjaannya tersebut, yang membuat Raymond memburunya dan berniat balas dendam karena menuduh Zeno yang menyebabkan putra satu-satunya terbunuh.

Kekacauan selanjutnya terjadi. Peluru yang ditembakkan Lupus, pembunuh bayaran yang disewa Raymond nyaris menembus kepala Kara saat dia mulai bersitegang dengan Zeno. Membuat mereka harus kembali melarikan diri. Tujuan Zeno ke Bandung pada salah satu kenalannya. Di perjalanan dan setibanya mereka di Bandung, Zeno dua kali nyaris kehilangan Kara. Dan pada akhirnya Zeno menyerah. Dia mengungkapkan identitas pekerjaannya pada Kara. Apa itu Save Your Life, bagaimana cara kerja mereka, dan bahaya apa yang tengah Zeno hadapi. Kara yang pernah kehilangan ayahnya dengan cara tragis, sulit menerima kenyataan. Dia tidak sanggup kalau suatu saat harus kehilangan Zeno seperti dia dan ibunya kehilangan sang ayah. Sekalipun Belinda, ibu Kara tetap meyakinkannya, Dia lebih memilih untuk berpisah dengan Zeno saat ini, daripada kehilangan pria yang dicintainya suatu saat nanti.

Someone you love has at least one secret who would break your heart

***

Coooool. Harus aku akui kalau aku benar-benar telat membaca novel ini, dan itu agak membuatku menyesal sih. Kalau tahu semenegangkan apa novel ini, pasti aku sudah melahapnya dari awal. Dari prolog-nya, aku sudah dibuat penasaran akan seperti apa jalan ceritanya. Penggambaran ceritanya benar-benar menegangkan. Setiap adegan aksinya dijelaskan secara detail, seolah-olah tengah menonton adegan perkelahian secara langsung. Bisa dibayangkan posisi Kara, yang harusnya bahagia di hari pertunangan tapi malah harus menghadapi ketakutan terbesarnya. Seolah masalah tidak habis-habis menghadapi Zeno. Masalah satu selesai, Zeno harus menghadapi lagi masalah yang lain. Bukan cuma diliputi rasa tegang aja, tapi rasa penasaran yang nggak abis-abis. Mulai dari siapa Zeno sebenarnya, siapa itu Raymond dan masalah Lintang Samudera, apa yang terjadi pada anak Raymond, identitas Lupus si sniper, sampai apa yang terjadi pada ayah Kara di masa lalu, semuanya membangkitkan rasa penasaran. Bumbu romance yang datang dari awal pertemuan Kara dan Zeno sedikit bisa meredakan rasa tegang. Membaca buku ini ibarat tengah naik roller coaster. Juga menimbulkan adiksi, ogah berhenti sebelum ceritanya selesai karena adegan yang serba cepat.

Cinta, rahasia, kekecewaan, dendam, pengkhianatan, menjadi satu dalam novel ini. Dan aku salut dengan karakter Belinda, ibunya Kara yang diciptakan penulis. Segala sesuatu yang keluar dari mulut Belinda begitu menenangkan. Dan sikapnya yang bijaksana, membuatnya tidak langsung memisahkan Kara dengan Zeno. Agak gemas dengan keputusan dan keras kepalanya Kara aja sih. Kalau dia nggak ceroboh dan percaya dengan ucapan Zeno, harusnya mereka nggak perlu menghadapi bahaya lagi. Tapi yah, kalau Kara nggak begitu, novel ini juga pastinya nggak seru.

Sekalipun typo, tidak akan sanggup deh mengalihkan perhatian dari novel ini. Cuma itu sih, endingnya aja yang bikin bertanya-tanya kalau novel ini bakal ada sekuelnya atau tidak. Setelah baca novel ini, aku juga jadi tertarik ingin membaca karya penulis yang lain dan pastinya juga masih menantikan novel-novel selanjutnya. Dan hmm, aku mungkin juga menantikan cerita khusus Dewa dan Vio di novel lainnya.

Pelajaran dari novel ini adalah kejujuran yang harus diutamakan dalam membina hubungan yang serius. Sepahit apa pun rahasia yang dipendam, tapi pasangan kita berhak untuk tahu.

4 of a 5 stars

15 Mei 2015

In A Blue Moon,,,Saat Benci dan Cinta Hanya Terhalang Oleh Garis Tipis

Diposting oleh Mellisa Assa di 11:20:00 AM 0 komentar
“Apakah kau masih membenciku?”
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”

Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu –oh, bukan!- melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.
Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang –ini sangat jarang terjadi, tentu saja- kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.


Judul: In A Blue Moon
Penulis: Ilana Tan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Ilustrasi dan Desain Cover: Kitty Felicia Ramadhani
Tebal Buku: 320 halaman;20 cm
ISBN: 978-602-03-1462-4
Kategori: Romance, Metropop

===

“Dia sudah gila,” gumam Sophie ketika membaca pesan Lucas Ford yang masuk. Jari-jarinya pun mengetik dengan cepat.

Itu bukan urusanmu. Dan untuk yang ke-628 kalinya, aku BUKAN tunanganmu.

Lalu ia menekan tombol kirim sekuat tenaga, walaupun usaha itu tidak menghasilkan efek dramatis dalam bentuk apa pun.

Beberapa detik kemudian, balasan dari Lucas Ford masuk lagi.

Dan untuk yang ke-628 kalinya, katakana itu pada kakekku. Selama dia masih menganggap kita bertunangan, urusanmu adalah urusanku juga.

Sophie meringis. “Dia benar-benar sudah gila.”

===

Ilana Tan kembali dengan kisah Lucas dan Sophie. Sophie membenci Lucas karena ego Lucas di masa SMA mereka dulu, mengakibatkan Sophie harus melalui masa SMA dengan tidak menyenangkan. Dan mereka berdua tidak pernah berharap akan bertemu lagi 10 tahun kemudian, dan ‘dipaksa’ oleh Gordon Ford –kakek Lucas- untuk bertunangan. Lucas tahu, Sophie masih membencinya. Terlihat jelas dari cara Sophie memandangnya saat mereka pertama kali bertemu setelah 10 tahun. Penjelasan Lucas tentang perbuatannya bersama dua sahabatnya 10 tahun yang lalu pun tidak sekejap mengubah pendapat Sophie. Lucas harus berusaha keras untuk mengubah pendapat Sophie dan membuat gadis itu menyukainya, dengan sedikit ‘bantuan’ dari kakeknya. Miranda Young –seorang model yang menyukai Lucas- dan Adrian Graves –mantan pacar Sophie- pun bukan menjadi halangan besar bagi Lucas demi mendapatkan hati Sophie. Begitu pula dengan 2 kakak Sophie, Tyler dan Spencer yang over protektif.  Kali ini, Lucas tidak mementingkan egonya. Dan seperti gurauannya terhadap Sophie, bahwa benci dan cinta hanya dipisahkan oleh garis tipis.

Masih belum kecewa dengan karya Ilana Tan. Meski jujur, setelah menunggu beberapa lama aku mengharapkan sesuatu yang lebih wow dibanding novel sebelumnya. Tapi bukan berarti aku tidak menyukai novel ini. Aku masih belum bosan dengan diksi dan gaya menulis Ilana Tan. Kalau diberikan naskah tanpa tahu siapa penulisnya, aku bisa menebak kalau itu adalah karya Ilana Tan, karena gaya penulisannya yang masih khas. Menggunakan third PoV, tapi tidak hanya fokus pada satu karakter saja. Pemikiran kedua karakter utama dituangkan Ilana dalam setiap novelnya, jadi aku sebagai pembaca tidak bertanya-tanya lagi dengan isi kepala karakter yang satunya. Dan seperti novel-novel sebelumnya, In A Blue Moon juga memiliki efek magis yang membuat aku enggan berhenti sebelum mencapai halaman akhir.

Yang membuat novel ini menarik adalah setiap dialog antara Lucas dan Sophie yang bikin ketagihan untuk terus diikuti. Lucas dengan gurauannya dan Sophie dengan kalimat sarkas dan sindiran-sindirannya, tapi berhasil membentuk chemistry antara keduanya. Tidak jarang membuat aku tersenyum sendiri.

Berikut ini kutipan dialog favoritku:
- Manusia bisa berubah. Hal 79
- Apakah kau tahu hanya ada garis tipis yang memisahkan perasaan benci dan cinta? Hal 100
- Apakah ada kemungkinan kau akan menyukaiku dan ingin mengenalku lebih baik? Hal 227
- Kau mungkin tidak sempurna, tapi kau sempurna untukku. Hal 231
- Aku tidak berencana mencium siapa pun selain tunanganku. Hal 232
- Tidakkah kau berharap kau ada di sini bersamaku sekarang? Hal 233
- Selera bisa berubah. Hal 234
- Mata biru sebiru langit malam lebih menarik daripada warna biru langit cerah. Hal 241
- Aku bersedia melakukan apa pun agar kau tetap berada di sisiku, bersamaku, selama kau juga menginginkan hal yang sama. Hal 289
- Kenapa? Apakah apabila seseorang tertarik padamu berarti kau juga harus tertarik padanya? Hal 304
- Aku hanya ingin ketika aku mengatakannya, dia adalah orang pertama yang mendengarnya. Hal 311
- Aku berharap bisa menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Hal 317

Dibanding novel sebelumnya, novel ini termasuk ringan ceritanya. Dan biasanya, aku tidak terlalu menyukai novel yang ceritanya ringan tanpa konflik yang wow. Pengecualian untuk In A Blue Moon. Novel ini bukan tanpa konflik juga sebenarnya, karena konflik sudah muncul di awal saat Lucas berusaha keras mengubah rasa benci Sophie terhadap dirinya. Dan pastinya aku akan menjadi sangat gemas, saat usaha Lucas mulai membuahkan hasil dan harus ada konflik berkepanjangan yang kembali membuat Sophie membencinya. Dan meski termasuk ringan, tapi cerita yang dibawakan tidak flat.

Yang jadi pertanyaan sih sebenarnya hanya judulnya aja, karena sepertinya nggak nyambung dengan jalan ceritanya. But overall, bumbu romance-nya sangat pas, tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan, dengan karakter utama yang mampu mencuri hati pembaca. Tapi aku tetap berharap mendapat suguhan yang lebih dan lebih lagi di novel Ilana selanjutnya.

4 of a 5 stars



Single Ville's Review

Diposting oleh Mellisa Assa di 9:40:00 AM 0 komentar
Judul: Single Ville
Penulis: Choi Yun Kyo
Penerjemah: Krisnadiari
Penyunting: KP Januwasari
Proofreader: Dini Novita Sari
Ilustrator Isi: Angelina Setiani, Frendy Putra
Penerbit: Haru
ISBN: 978-602-7742-43-7
Tebal Buku: 308 halaman;20 cm
Genre: Romance

SINOPSIS:
Di Tempat Ini Apa pun Mungkin Terjadi!
Kecuali Percintaan

Apakah Anda sudah lelah akan cinta?
Apakah anda sudah bosan hidup Anda diganggu orang lain?
Inilah Single Ville, sebuah cottage yang modern.
Syaratnya hanya satu : single!
Mulailah sekarang juga, kehidupan yang menyenangkan tanpa cinta.

Enam orang, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan, akan menjadi penghuni Single Ville. Mereka adalah orang-orang yang terpilih melalui persaingan ketat dengan tingkat persaingan 1:1000. Akan tetapi, yang menanti mereka di tempat itu bukanlah kehidupan yang tenang. Setiap hari berbagai peristiwa aneh dan misterius menimpa orang-orang yang memimpikan kehidupan lajang yang indah. Mulai dari jendela yang pecah, seorang penguntit meninggalkan tulisan aneh di kamar mandi, tersangka pembunuhan yang berkeliaran, dan … pelanggar peraturan utama Single Ville.
Akankah mereka menikmati ketenangan yang mereka dambakan? Lalu, siapakah nantinya akan menerima hukuman karena jatuh cinta?

REVIEW:

Single Ville bercerita seputar kehidupan enam orang penghuninya, yang memilih hidup lajang dan tinggal di Vila yang dikelilingi hutan pohon birch. Masing-masing dengan tujuan yang berbeda-beda. Penghuni rumah nomor 1 adalah Jeong Mi In yang juga pemilik Single Ville. Rumah nomor 2 dihuni oleh Yun Seong, seorang penulis yang merahasiakan jati dirinya dihadapan publik. Rumah nomor 3 seharusnya dihuni oleh Im So Yeong, tapi karena ada sesuatu hal dia meminta temannya Kang Hyeon Ah menggantikan posisinya dan menyamar sebagai dirinya. Rumah nomor 4 dihuni oleh Jeong Geon Woo, yang juga ponakan Jeong Mi In. Rumah nomor 5 dihuni oleh Go Seong Min, mantan detektif yang mengundurkan diri dari kepolisian karena tidak juga berhasil menangkap seorang pembunuh berantai. Dan rumah nomor 6 dihuni oleh Lee jeong Hyeok, pria pesolek yang diam-diam menjalin hubungan dengan seseorang yang juga berhubungan dengan masa lalu Kang Hyeon Ah.

Ceritanya sendiri sebenarnya lebih ke kisah Yun Seong dan Hyeon Ah, yang sebelum bertemu di Single Ville pun ternyata mereka sudah pernah bertemu sebelumnya, tanpa disengaja. Dan tanpa mereka ketahui, mereka berdua adalah partner kerja. Yun Seong seorang penulis cerita dongeng, dan Hyeon Ah yang ditugaskan membuat ilustrasinya. Tapi di awal cerita, aku dibuat kebingungan dengan cara penulis mengajak pembacanya untuk mengenal tiap karakter dalam novel ini. Dari tokoh yang ini, tiba-tiba saja sudah pindah ke tokoh yang lainnya. Ditambah alurnya yang juga maju-mundur, sering membuatku harus kembali ke halaman sebelumnya untuk lebih memahami ceritanya. Dan gaya bahasanya juga bukan favorit aku. Butuh waktu lama untuk aku menyelesaikan novel ini, karena dari awal saja aku bacanya mulai lelet, karena harus benar-benar memahami semua karakternya dan hubungan beberapa karakter di masa lalu mereka. Tapi di pertengahan aku mulai memahami ceritanya dan mulai bisa mengikuti alurnya. Seandainya gaya bahasa penulis lebih mudah, mungkin cerita ini akan lebih mengalir dan terjemahannya lebih bisa dinikmati. Intinya sih, tema yang diangkat penulis menarik. Sebuah hunian yang hanya diperuntukkan bagi para single dan dilarang jatuh cinta. Karena kalau dipikir-pikir lagi, semandiri apa pun seseorang, dia tetap butuh teman berbagi, dan namanya manusia normal pastinya tetap butuh cinta. Begitu juga konflik-konflik yang timbul pada akhirnya. Tapi karena dari awal aku sudah kesulitan mengikuti jalan ceritanya, feel-nya malah kurang dapat.

Dari segi 'penampilan', aku sangat menyukai cover-nya yang eye catching, dan ilustrasi di dalam novel ini. Kerja tim editingnya juga rapih, meski aku masih menemukan satu typo tapi tidak mengganggu sama sekali.


3 of a 5 stars.
 

Mells Book's Shelves © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor