28 Mei 2015

(Novel Amore's Review) Mahogany Hills by Tia Widiana

Diposting oleh Mellisa Assa di 11:06:00 AM
Bersamamu, cinta menjadi sangat sederhana...

Jagad Arya dan Paras Ayunda mendapatkan kehidupan yang mungkin diharapkan oleh semua pasangan pengantin baru. Segera setelah menikah, mereka tinggal di rumah bernama Mahogany Hills, di pelosok pegunungan Sukabumi yang sejuk dan indah. Yang membedakan Jagad dan Paras dengan pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad maupun Paras punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan. Semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.
Dengan cara masing-masing, Jagad dan Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang harus mereka jawab: sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna itu?

Judul: Mahogany Hills
Penulis: Tia Widiana
Desain Cover: Cynthia Yaneetha
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku: 344 halaman ; 30 cm
Tahun Terbit: 2013
ISBN: 978-979-22-9584-9
Kategori: Romance, Amore
Rate: 4 of a 5 Stars

Ada empat unsur yang sering kita lihat di film atau drama ada di novel ini. Perjodohan, pernikahan tanpa cinta, dan yang dua sisanya tidak akan aku sebutkan demi menghindari spoiler. Kita akan bertemu dengan Paras yang memiliki stok sabar berlebihan, dan Jagad yang merasa memiliki harga diri yang begitu tinggi, hingga dia merasa kalah di ronde pertama pertarungan dengan keluarganya karena menyetujui perjodohan tersebut.
Bisa dibilang kalau Paras dan Jagad ini sama-sama bego. Kenapa bisa begitu? Di dunia ini, sekali pun kita sebagai perempuan begitu mengagumi dan mencintai seorang lelaki sejak lama, tapi kalau yang kita terima sebagai imbalan hanya berupa kata-kata kasar bahkan sampai menjatuhkan harga diri sampai ke lapisan bumi paling bawah, si sabar ini lama-lama bakal nyerah juga. Itu yang terjadi pada Paras. Melupakan segala sakit hati yang disebabkan Jagad dengan harapan Jagad bisa balas mencintainya. Sementara Jagad, yang tidak memungkiri hatinya kalau dia juga tertarik pada Paras, tapi lebih mementingkan egonya. Tidak terima dengan keputusan orangtuanya, Jagad justru membalasnya pada Paras. Dengan harapan Paras akan menyerah dengan pernikahan ini, dan mengajukan gugatan cerai. Padahal dia sendiri juga tersiksa dengan perasaannya. Tapi yang namanya hati, tidak bisa dibohongi. Ratusan kali menyangkal, tapi ratusan kali pula Jagad harus mengakui kalau dia mulai jatuh cinta pada Paras.
Bukan cuma Paras yang harus bersabar dengan Jagad. Kita sebagai pembaca juga bakalan harus berapa kali mengelus dada. Untungnya penulis mengemas cerita dengan menarik. Dari cara penulis bercerita, diksinya, dan penggambaran latar tempat tinggal Paras dan Jagad –keindahan Mahogany Hills-. Sebelumnya, aku pernah membaca novel dengan tema yang sama, tapi aku kurang merasakan feel-nya. Berbeda dengan novel ini yang menggunakan 3rd PoV, tapi bukan hanya dari sudut pandang Paras seorang saja, tapi juga sudut pandang seorang Jagad. Kita sebagai pembaca jadi bisa tahu apa yang ada di pikiran Jagad dan perasaannya terhadap Paras.
Aku bisa merasakan feel dan emosi yang coba dibawa penulis. Ikutan sedih, sakit hati dan pilu saat Paras diperlakukan kasar dan dianggap seperti tidak ada oleh Jagad. Jadi pengen menggetok kepala Jagad dengan martil, supaya dia bisa sadar secepatnya, bagaimana hebatnya perempuan yang sudah menjadi istrinya itu. Tapi begitu keadaan berbalik, aku malah jadi iba pada Jagad. Yah, Tia memang berhasil membuat hati dan perasaanku sebagi pembaca jadi jungkir balik. Belum lagi dibikin mupeng dengan kemampuan Paras dalam hal memasak. She really make me jealous hehehe. Munculnya orang ketiga dalam hubungan Paras dan Jagad semakin memperuncing konflik, walau si orang ketiga ini nggak sebegitu menggigit juga sih.
Aku sempat bertanya-tanya, kenapa halaman novel ini bisa setebal itu, padahal belum sampai setengah halaman, Jagad sudah mulai mengakui perasaannya dan ingin meminta kesempatan kedua pada Paras –so I thought that the story would be end-. Tapi kejutan selanjutnya terjadi, membuatku mengerti kenapa halamannya masih banyak. Meski ada kejanggalan mendekati ending cerita dan masih ada beberapa ‘kegagalan’ penulisan dalam bentuk typo, but I really enjoy reading this book from the beginning till the end.
Pesan moral yang aku tangkap dari novel ini adalah kita nggak akan pernah bisa menghindar kalau hati kita sudah memilih untuk jatuh pada seseorang. You won’t feel it, until you lost it.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mells Book's Shelves © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor