Judul
: A Week Long Journey
Penulis
: Altami N. D
Editor
: Didiet Prihastuti
Proofreader
: Lana
Desain
Sampul : Eduard Iwan Mangopang
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN
: 978-602-03-1299-6
Tebal
: 256 halaman;20 cm
Kategori
: Young Adult, Teens, Novel, Fiksi
SINOPSIS
:
Lina Budiawan baru saja
lulus SMA dan dihadapkan pada kenyataan bahwa dia harus masuk ke fakultas yang
tidak sesuai dengan minatnya karena orangtuanya menganggap jurusan itu memiliki
masa depan yang cerah dibanding passion-nya,
menulis.
Namun, Lina tetap tidak rela
melepaskan genggaman pada mimpinya. Ketika dia dikelililngi orang-orang yang
terus-menerus bicara mengenai bidang yang tidak sedikit pun Lina minati, justru
semakin erat dia mencengkeram obsesi menulisnya. Meski harus mengesampingkan
keluarganya.
Hingga liburan selama
seminggu di Hong Kong menguak semua rahasia dan cerita lama yang tidak pernah
Lina ketahui tentang sejarah keluarganya. Lina pun harus berpikir ulang. Menjadi
idealis atau realistis?
REVIEW
:
”Banyak hal baru yang akan
kita lewatkan kalau kita cuma stuck di satu poin, cuma stuck dengan pandangan
seperti orang-orang kebanyakan. Kadang orang-orang terlalu mudah menyerah untuk
mencari suatu makna yang tersembunyi di balik suatu hal…” Chen Zhang (Hal. 93)
Keinginan Lina untuk menjadi
penulis terpaksa harus dia kubur
dalam-dalam. Pengumuman SNMPTN yang menyatakan kalau dia lulus di fakultas
Peternakan IPB sama sekali tidak membuat dirinya bahagia. Yang dia inginkan
masuk ke fakultas Sastra, tapi sebagai anak tunggal Hartono Budiawan, salah
satu pemilik peternakan ayam terbesar di Surabaya, dengan terpaksa dia harus
mengubur keinginanannya. Lina jadi sering murung dan tetap menulis meski harus
secara diam-diam. Semakin sering sang mama menekan dirinya untuk mulai rajin
turun ke peternakan, semakin Lina ingin berontak. Dia pun berniat untuk
memberikan kejutan pada keluarganya dengan melahirkan sebuah buku, untuk
membuktikan kalau dia tidak hanya bermimpi.
Tapi liburan selama seminggu
ke Hong Kong bersama beberapa pengusaha ternak ayam, perlahan mengubah jalan
pikiran Lina. Dia bertemu dengan Chen Zhang yang usianya beberapa tahun
diatasnya dan juga bertemu dengan Dewi dan Rita, gadis seusia dirinya. Tapi Lina
harus menelan kekecewaan karena Dewi dan Rita yang enggan berteman dengannya,
bahkan sepertinya mereka sangat membenci Lina tanpa dia tahu alasannya. Untung
saja ada Chen Zhang yang mau berteman dengannya dan memotivasi dirinya. Perlahan
terungkap alasan Dewi yang sangat membenci dirinya yang berkaitan dengan
papanya. Dan berbekal dengan alamat yang ditulis di secarik kertas oleh mbah
putri-nya, Lina jadi tahu sejarah keluarganya dan peternakan yang mereka
miliki. Lina pun harus berpikir ulang untuk tetap melanjutkan mimpinya sebagai
penulis, atau menuruti harapan keluarganya.
***
Pertama aku mau bilang
selamaaaaaaat buat Al, finally yah ‘anak’ pertamanya lahir juga. Sebelum novel
ini terbit, aku pernah membaca bab-bab awal yang sempat diposting penulis di
akun wattpad miliknya. Tapi aku harus mengakui kalau aku tidak melanjutkan
membaca karena deskripsi awal yang kepanjangan, dan isinya keluhan si Lina
betapa dia nggak mau masuk ke fakultas Peternakan.
Tapi di bab-bab selanjutnya,
ceritanya mulai mengalir dan dijamin nggak membosankan lagi. Aku menyelesaikan
novel ini hanya dalam dua jam –disambi main hayday, ngelonin anak dll-. Melewati
bab awal kita akan mulai menikmati jalan ceritanya. Ditambah gaya bahasanya
yang enak, jadi bikin betah bacanya. Walau pun novel debut, tapi pemilihan
kalimat dan gaya bahasanya jauh dari kaku. Konfliknya mungkin seperti yang
dirasakan remaja yang baru lulus SMA pada umumnya. Inginnya begini, tapi
keinginan orangtua begitu. Ingin tetap bertahan dan yakin dengan pilihan
sendiri, sementara pilihan orangtua sudah pasti hasilnya di masa depan akan
seperti apa. Karakter yang diciptakan penulis adalah karakter yang aku
favoritkan. Lina hanya murung di awal cerita, tapi memasuki inti cerita kita
akan tahu kalau Lina tidak selemah di bab awal, apalagi saat dia berkonfrontasi
dengan Dewi. Chen Zhang juga muncul bagai oase di padang pasir. Saat Lina
merasa sendiri, ada Chen Zhang yang datang menghiburnya, mengajaknya berteman
sampai timbul benih cinta diantara mereka.
Banyak nilai positif yang bisa
diambil dari novel ini. Bagaimana kita harus berdiri di depan membela keluarga
kita sendiri tapi dengan cara yang benar. Seperti Dewi yang berniat membela
harga diri ayahnya, tapi caranya salah. Dari apa yang Dewi alami, hal positif
yang bisa kita petik adalah, jangan pernah menarik kesimpulan dari satu pihak
saja atau menilai orang lain hanya dari sudut pandang sendiri, buntutnya bisa
nggak enak. Novel ini juga mengajarkan kita untuk bisa berkomunikasi dengan
baik dengan keluarga, dan betapa orangtua selalu menginginkan yang terbaik
untuk anak-anaknya, tanpa harus memaksakan kehendak. Kita juga bisa belajar
cara memaafkan dengan ikhlas seperti yang dilakukan Lina.
Berikut ini beberapa kutipan
favorit aku :
- Dari sudut pandang yang
lain, sesuatu yang sederhana bisa tampak lebih indah. (Hal. 92)
- Karena banyak yang kita
lewatkan kalau kita cuma memandang sesuatu dari sudut saja. (Hal. 93)
- Kadang orang-orang terlalu
mudah menyerah untuk mencari makna yang tersembunyi di balik suatu hal. (Hal.
93)
- Mimpi itu sederhana, yang
rumit itu manusianya. (Hal. 94)
- I am a princess not because I have a prince, but because my father is a
king. (Hal. 222)
Sayangnya ceritanya yang
mengalir, yang diselingi kutipan-kutipan indah, seolah dirusak dengan typo yang
bertebaran dimana-mana. Dalam review aku kali ini, aku harus mengkritik kerja
tim editingnya. Bukan karena apa, tapi karena sudah menjadi tugas para pembaca
untuk mengingatkan. Seolah-olah novel ini terbit tanpa melewati proses editing
dan langsung dicetak jadi buku. Berikut daftar typo yang aku temukan :
- karakter itulah yang
membuat Lina sering kesal. Huruf k dalam kata karakter harusnya kapital. (hal.18)
- mama, harusnya Mama. (hal.
20, 21)
- itumerupakan, harusnya itu
merupakan (hal. 22)
- karena menjaga nama baik
sangat penting. Huruf k pada kata karena harusnya kapital. (hal. 23)
- Makannya, harusnya makanya
(hal. 57)
- berhasilmenguasai,
harusnya berhasil menguasai (hal. 65)
- itudari, harusnya itu dari
(hal. 66)
- Lina menjadi air hangat
setelah ayi Jaya mandi. Menjadi harusnya
mandi (hal. 74)
- tubuhnyanya, harusnya
tubuhnya (hal. 79)
- Damn why it is si hard for
me. Si harusnya so (hal. 131)
- Catetan, harusnya catatan
(hal. 135)
- Catetanku, harusnya
catatanku (hal. 139)
- Pemales, harusnya pemalas
(hal. 156)
- “Tapi emang itu salah”,
harusnya “Tapi emang itu salah?” (hal. 156)
- Menutunya, harusnya
menutupnya (hal. 162)
- dia terimanya, harusnya
dia terima (hal. 171)
- stasiunMTR, harusnya
stasiun MTR (hal. 177)
- nenek-nenek, harusnya
Nenek-nenek (hal. 185)
- lina, harusnya Lina (hal.
188)
- masa sih!, harusnya masih
(hal. 198)
- maafatas, harusnya maaf
atas (hal. 201)
- jangan itu dong! Harusnya jangan
gitu dong! (hal. 206)
- “untuk menerima
kesalahpahamannya selama ini, ujar Rita”. Harusnya “untuk menerima kesalahpahamannya
selama ini,” ujar Rita. (hal, 209)
- yah Lina sendiri, harusnya
ayah Lina sendiri. (hal. 211)
- papantanya, harusnya
papanya (hal. 224)
Semoga untuk kedepannya bisa
lebih teliti lagi. Memang tidak semua novel terbit dengan sempurna tanpa typo
sama sekali. Tapi yang ada di novel ini typo-nya sudah memasuki level nyaris
mengganggu. Tujuan aku memuat daftar typo dalam review ini juga bukan karena
mencari-cari kesalahan, tapi sebagai kritik yang membangun agar supaya di
cetakan selanjutnya typo bisa lebih minim lagi.
But overall, aku suka dengan
ceritanya, karakternya dan cara penulis mendeskripsikan setiap tempat yang Lina
singgahi di negeri Cina.
3
of a 5 stars.
1 komentar:
Setuju Mels, cerita dan deskripsinya bagus yang amat disayangkan typonya itu.
Posting Komentar