Judul
: Happily Ever After
Penulis
: Winna Efendi
Editor
: Jia Effendi
Penerbit
: Gagas Media
ISBN
: 979-780-770-2
Tebal
: 358 halaman
Kategori
: Romance
SINOPSIS
:
Tak ada yang kekal di
dunia ini. Namun, perempuan itu percaya, kenangannya, akan tetap hidup dan ia
akan terus melangkah ke depan dengan berani.
Ini adalah kisah
tentang orang favoritku di dunia.
Dia yang penuh tawa.
Dia yang tangannya sekasar serat kayu, tetapi memiliki sentuhan sehangat sinar
matahari. Dia yang merupakan perpaduan aroma sengatan matahari dan embun pagi.
Dia yang mengenalkanku pada dongeng-dongeng sebelum tidur setiap malam. Dia
yang akhirnya membuatku tersadar, tidak semua dongeng berakhir bahagia.
Ini juga kisah aku
dengan anak lelaki yang bermain tetris di bawah ranjang. Dia yang ke mana-mana
membawa kamera Polaroid, menangkap tawa di antara kesedihan yang muram. Dia
yang terpaksa melepaskan mimpinya, tetapi masih berani untuk memiliki harapan…
Keduanya menyadarkanku
bahwa hidup adalah sebuah hak yang istimewa. Bahwa kita perlu menjalaninya
sebaik mungkin meski harapan hampir padam.
Tidak semua dongeng
berakhir bahagia. Namun, barangkali kita memang harus cukup berani memilih;
bagaimana akhir yang kita inginkan. Dan, percaya bahwa akhir bahagia memang ada
meskipun tidak seperti yang kita duga.
REVIEW
:
Lulu membenci dunia
sekolah. Bukan karena PR atau ujian mendadaknya, tapi karena dia kesepian dan
selalu menjadi korban bully. Yang
lebih menyakitkan, Karina mantan sahabatnya termasuk salah satu yang mem-bully dirinya. Tapi di rumah, dia punya
ayah yang hebat. Ayah yang membangun rumah unik untuk dirinya dan sang bunda.
Ayah yang selalu membacakan cerita dongeng, walau pun tidak semua dongeng yang
mereka baca berakhir bahagia. Seperti kehidupan Lulu yang diuji dengan sakitnya
sang ayah. Meski pun berusaha untuk tegar, tapi Lulu tidak bisa menghindar dari
luapan rasa sedih dan ketakutan kalau setiap saat ayahnya bisa pergi
meninggalkan dia dan sang bunda.
Tapi selalu ada pelangi
setelah hujan. Eli Gustira hadir di tengah kehidupannya. Sosok remaja yang
dijumpainya di bawah kolong ranjang Rumah Sakit. Remaja biasa seperti dirinya,
yang memiliki cita-cita untuk menjadi atlet renang, tapi kandas karena kanker
otak. Eli yang selalu ceria, penuh optimisme yang sedikit demi sedikit menular
pada Lulu. Berawal dari pertemanan biasa, kedekatan dan berujung pada satu
rasa, cinta. Tapi saat Tuhan memanggil ayahnya kembali, Lulu meragu. Dia tidak
ingin kembali merasakan kehilangan yang sama.
***
Hanya dalam jeda
beberapa bulan, Winna kembali dengan novel yang temanya berbeda. Bukan lagi
sahabat jadi cinta, melainkan ikatan istimewa antara seorang ayah dan anak, dan
kisah asmara dua remaja yang nyaris memiliki kesamaan. Di awal membaca, berasa
sedang membaca novel terjemahan. Seperti biasa, kalimat yang dirangkai Winna
selalu indah dan quotable.
Meninggalkan rasa haru yang dalam dan ketegaran begitu cerita berakhir.
Di setiap bab, Winna
menyelipkan kutipan-kutipan dari buku-buku dongeng. Karakter-karakter yang dia
ciptakan dalam novel ini mengajarkan kita bagaimana untuk tegar menghadapi
setiap masalah dan segala hal negatif yang ditudingkan pada diri kita. Dan yang selalu aku suka dari novel-novel
Winna adalah lokasi/tempat bermukim setiap karakter yang dia ciptakan sesuai
imajinasinya sendiri. Winna tidak mendeskripsikan tempat yang ada di dunia
nyata, tapi merangkai sendiri tempat sesuai keinginannya. Seperti rumah Lulu,
dan kompleks tempat Lulu tinggal, juga sekolahnya. Setiap kalimat yang diuntai
Winna, membuat aku ikut hanyut dalam cerita. Penulisannya seperti biasa, khas
Winna banget, rapih dengan deskripsi yang detil. Ditambah aku tidak menemukan
kesalahan penulisan huruf.
Berikut ini kutipan
yang aku favoritkan dari novel ini :
- Hidup adalah sebuah hak istimewa.
Karenanya kita perlu melakukan kewajiban kita untuk menjalaninya sebaik
mungkin. (Halaman 99)
- Jatuh cinta itu nggak pake milih. Nggak
milih waktu yang tepat atau momen yang pas. tahu-tahu, kamu udah jatuh cinta.
(Halaman 105)
- Hidup terlalu singkat untuk cuma punya
satu tempat favorit. (Halaman 119)
- Di luar kondisi semacam ini, kita akan
tetap berteman. Sesimpel itu. (Halaman 134)
- Di dunia ini, nggak semua orang dapetin
apa yang mereka mau.” (Halaman 140)
- Hati yang melihat, hati yang merasakan,
hati yang tahu. (Halaman 145)
- Kadang-kadang, kita cukup beruntung untuk
ketemu orang-orang yang baik dalam kondisi yang buruk. (Halaman 149)
- Aku ingin menjadi diriku sendiri, dan
untuk itu aku tak memerlukan izin mereka. (Halaman 170)
- Kita boleh memiliki mimpi-mimpi yang baru
meskipun apa yang paling kita inginkan nggak tercapai. (Halaman 176)
- Nggak semua cerita punya akhir yang
bahagia. Begitu pula hidup. Bahkan, sering kali hidup punya kejutan sendiri.
(Halaman 184)
- Andai saja, hidup ini juga memiliki banyak
akhir yang bahagia. (Halaman 195)
- Saat ini, aku ingin menjadi sumber
kekuatannya. Aku ingin menjadi matahari dalam langitnya, alasannya untuk
tertawa dan untuk tetap hidup. (Halaman 230)
- Tapi, suatu hari nanti, sama seperti
kegelapan yang meliputiku, aku akan melihat matahari kembali terbit dan
merasakan kehangatannya. (Halaman 249)
- Alam semesta ini punya rahasianya sendiri.
Yang perlu kita lakukan adalah percaya pada rencana-rencana di baliknya.
(Halaman 251)
- Tapi, asal cinta nggak penting. Yang
penting adalah menjaga perasaan yang kalian bagi. (Halaman 266)
- Kadang, sebuah cerita yang bagus punya
akhir yang sedih. (Halaman 275)
- Yang tak pernah dia katakan adalah, dia
berada bersama orang-orang itu untuk meminjamkan harapan, ketika mereka telah
kehilangannya. (Halaman 321)
- Dan, jika selamanya tidak permanen, kami
akan mengisi masa sekarang dengan kenangan-kenangan yang akan bertahan.
(Halaman 348)
- Seize
the day, live in the moment, hope for tomorrow. (Halaman 348)
- Hidup adalah kanvas kosong. Kamu bebas
menciptakan ceritamu dan menentukan akhirnya. (Halaman 354)
Pesan
moral yang aku tangkap dari novel ini yaitu, bagaimana kita belajar untuk
tegar, dan menyadari kalau hidup tidak selamanya berjalan mulus. Hanya tinggal
bagaimana diri kita menghadapi semua masalah. Aku juga belajar, tidak selamanya
kita harus mengenang kepergian orang yang kita sayangi dengan airmata, seperti
cara Lulu dan bunda mengenang kepergian ayahnya. And last but not least, bagaimana kita bisa berguna untuk orang
lain di sisa hidup. Dan buat Winna, terima kasih sudah membuatku tersenyum
begitu aku menutup lembaran terakhir. Happily Ever After menjadi karya Winna
yang paling aku favoritkan.
5 of a 5 stars
0 komentar:
Posting Komentar