Judul: Sweet Home
Penulis: Adeliany Azfar
Penyunting: Yuli Yono
Proofreader: Dini Novita Sari
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 9786027742413
Tebal Buku: 360 halaman;19 cm
Bagi Emily Cox, naik ke grade 11 sama dengan gejolak emosi yang tiada habisnya.
Matthew Cooper, pacar sekaligus temannya sejak kecil, memutuskan hubungan mereka. Sementara Marion-Mary Scott, sahabat dan tetangga sebelah rumahnya, terpaksa pindah dari Sweet Home ke kota lain setelah ibunya menikah lagi.
Saat Emily menyangka kehidupannya tidak bisa lebih buruk dari itu, puluhan pesawat kertas berisi curahan hati rahasia yang ia terbangkan ke teras rumah sebelah, yang semestinya ditujukan kepada Mary, hilang tiba-tiba!
Lalu muncullah Tyler Adams, tetangga baru yang dengan seenaknya selalu merecokinya dan membuat hari-harinya semakin menyebalkan.
Apa sih sebenarnya tujuan cowok itu?
Sebenarnya aku sudah nggak cocok lagi membaca genre novel seperti ini yang isinya curhatan anak kelas 2 SMA. Tapi demi reading challenge yang aku ikuti, aku tetap berusaha menikmati jalan ceritanya.
Isi novelnya kurang lebih sama dengan yang sudah ditulis di sinopsisnya. Curhatan seorang Emily yang susah move on setelah diputuskan pacarnya Matthew yang selalu menuntut Emily untuk mengubah penampilannya menjadi lebih feminim. Emily makin kesepian karena sahabat plus tetangganya, Mary, juga harus pindah dari Sweet Home. Sampai muncul Tyler Adams, yang pindah ke rumah Mary. Tyler yang usil dan selalu merecoki hidup Emily, pada akhirnya menjadi orang yang membuat Emily nyaman.
Standar saja sih ceritanya, khas remaja. Yang aku suka adalah ide penulis soal curhatan lewat pesawat kertas, yang menjadi kebiasaan Emily dan Mary. Mereka akan menuliskan isi hati mereka di kertas origami yang nantinya akan dibentuk menjadi pesawat dan diterbangkan ke teras kamar mereka masing-masing. Deskripsi penulis mengenai Sweet Home juga jelas. Membaca novel ini juga bikin adem, karena selain deskripsi Sweet Home yang hijau, bersih, dan nyaman, novel ini juga minim typo, bahkan mungkin nggak ada typo-nya. Font-nya juga cukup besar, jadi mataku yang minus ini nggak akan sakit sekalipun membaca tanpa kacamata.
Tapi, yah, seperti yang sudah aku bilang di atas. Novel ini bukan zamanku lagi. Cocok buat pembaca di kalangan remaja.
3 of a 5 Stars
0 komentar:
Posting Komentar