Judul: Fangirl
Penulis: Rainbow Rowell
Penerjemah: Wisnu Wardhana
Penyunting: NyiBlo
Proofreader: Dini Novita Sari
Penerbit: Spring
ISBN: 978-602-71505-0-8
Tahun Terbit: 2014
Tebal Buku: 456 halaman;20 cm
Genre: Young Adult
Cath dan Wren -saudari kembarnya- adalah penggemar Simon Snow. Oke, seluruh dunia adalah penggemar Simon Snow, novel berseri tentang dunia penyihir itu. Namun, Cath bukan sekedar fan. Simon Snow adalah hidupnya!
Cath bahkan menulis fanfiksi tentang Simon Snow menggunakan nama pena Magicath di internet, dan ia terkenal! Semua orang menanti-nantikan fanfiksi Cath.
Semuanya terasa indah bagi Cath, sampai ia menginjakkan kaki ke Universitas. Tiba-tiba saja, Wren tidak mau tahu lagi tentang Simon Snow, bahkan tak ingin menjadi teman sekamarnya!
Dicampakkan Wren, dunia Cath jungkir balik. Sendirian, ia harus menghadapi teman sekamar eksentrik yang selalu membawa pacarnya ke kamar, teman sekelas yang mengusik hatinya, juga profesor Penulisan Fiksi yang menganggap fanfiksi adalah tanda akhir zaman.
Seolah dunianya belum cukup terguncang, Cath juga masih harus mengkhawatirkan kondisi psikis ayahnya yang labil.
Sekarang, pertanyaan buat Cath adalah: mampukah ia menghadapi semua ini?
===
Oh My God! 456 halaman, dan awalnya hanya diisi dengan galaunya Cath karena Wren tidak mau sekamar dengannya. Datar, membosankan, dan nyaris membuatku menyerah. Tapi karena novel ini salah satu novel yang masuk dalam daftar salah satu reading challenge yang aku ikuti, aku memaksakan diri dan bersabar-sabar melalui lembar demi lembar ceritanya.
Tapi ke pertengahan cerita, aku mulai menikmatinya. Cath ini kerenlah orangnya. Walau di awal kelihatan lemah karena sering galau, tapi di pertengahan mulai terlihat kalau Cath adalah orang yang kuat. Meski merasa diabaikan saudari kembarnya yang terlalu larut dalam pesta penyambutan mahasiswi baru, tapi Cath sangat bertanggungjawab pada keluarganya. Terlebih saat ayahnya harus dirawat di Rumah Sakit dan saat Wren keracunan alkohol, masuk Rumah Sakit dan nyaris diberhentikan ayahnya dari kuliah. Cath juga bisa berpikir dengan kepala dingin dan mudah memaafkan. Bisa dilihat dari caranya memaafkan Levi -mantan pacar teman sekamarnya Reagan, yang kelak bakal jadi pacarnya-, dan juga Nick yang sudah mencuri ide tulisannya. Ceritanya memang lebih berpusat ke Cath.
Satu lagi pesan moralnya, kalau apa pun yang terjadi, ikatan darah dan persaudaraan tidak akan pernah luntur. Kebiasaan boleh berubah, tapi rasa sayang akan selalu ada.
Dan berhubung aku tidak pernah membaca fanfiksi, aku lebih memilih untuk melewatkan halaman-halaman yang berisi fanfiksi Cath tentang Simon dan Bas. I even don't know if Gemma T. Leslie and Simon Snow really exist.
Kalau bisa protes ke penulisnya, mungkin cuma bagian awal ceritanya saja yang terlalu datar dan membosankan. Apalagi marginnya cukup rapat yang membuatku yakin kalau mungkin ada pembaca yang tidak sabaran akan langsung berhenti membacanya karena bosan atau capek duluan.
3 of a 5 Stars
0 komentar:
Posting Komentar