Di mata Junot, Tara adalah a miracle. Namun di mata Tora, Tara tidak lebih dari seseorang yang dapat digunakan dan ditinggalkan kapan pun dia mau. Tora telah menghancurkan sekaligus menguasai hidup Tara. Lalu kehidupan Tara yang abnormal pun dimulai. Dia mengorbankan Junot, manusia yang paling dicintainya di muka bumi ini. Ada yang bilang dia sakit jiwa, tapi hanya Tara yang tahu dia hampir menjadi pembunuh.
Sekarang tidak hanya Tara yang terlibat, tapi ada Alexander yang rela mengorbankan hidupnya yang cemerlang untuk menghitam di penjara karena Tara. Ada Junot, laki-laki yang rela menderita untuk mematri serbuk bintang di matanya.
Ada Tora, manusia yang menjadi target bahwa Tara hanya akan bernapas untuk melihatnya mati. Juga Muli, sahabatnya sewaktu kuliah yang menyimpan rahasia terbesar dalam hidup Junot.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tara? Mengapa kisah cintanya bagaikan benang kusut? Mengapa dia begitu berambisi untuk membunuh Tora?
Forgiveness is a gift to yourself
Judul: Daisyflo
Penulis: Yennie Hardiwidjaja
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-8024-1
Tahun Terbit: 2012
Tebal Buku: 256 halaman;20 cm
Genre: Metropop, Drama, Romance
I've been touched by this novel. Benar-benar tersentuh dengan kisah cinta Tara dan Junot, membuat aku yakin kalau nggak ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta sejati.
Tadinya aku belum berniat membaca novel ini. Tapi keberadaannya di puncak rak waiting list-ku, membuat aku mau tidak mau memungut novel ini. Dan begitu membaca sinopsisnya, aku langsung membuka halaman pertamanya.
Membaca novel ini, kita seolah sedang menyusun satu per satu kepingan puzzle. Dari sinopsis, berlanjut ke prolog, penulis berhasil membangkitkan rasa penasaranku. Kenapa Tara ingin membunuh Tora? Kenapa Tora jalannya pincang? Dan hubungan Tara dengan Alexander dan Junot bagaimana? Diceritakan menggunakan multiple PoV dan alur maju mundur. Di masa lalu, bercerita menggunakan first PoV yaitu Tara. Sementara cerita di masa sekarang, menggunakan third PoV.
Di bab 1 aku mulai emosi dengan kelakuan Tora. Nggak modal dan terkesan begitu sangat memanfaatkan Tara, padahal dia anak orang kaya juga. Emosi juga dengan sifat plin-plannya Tara. Jadi teringat dengan lirik Manusia Bodoh-nya Ada Band. Saat memasuki part Tara bercerita soal Junot, aku nyaris memaki. Kenapa nggak pilih Junot aja dan kenapa malah memilih si Tora brengsek itu? Tapi, hei nggak akan ada konflik dong kalau begitu. Apa yang terjadi pada Tara di novel ini begitu menyakitkan. Terpaksa harus mengorbankan perasaannya sendiri terhadap Junot, karena Tora sudah melakukan hal yang membuat Tara terluka, bukan hanya fisik, batin, tapi juga psikis. Membuat Tara ingin meninggalkannya, tapi juga tidak bisa.
Penulis benar-benar berhasil membuat kita emosi, terenyuh dan jatuh cinta selama membaca novel ini. Saat emosi dengan kelakuan Tora dan begonya Tara, kita akan dibuat jatuh cinta dengan Junot dan Alexander. Kalau aku yang jadi Tara, pasti bakalan bingung akan memilih yang mana. Yang satunya, cinta masa lalunya yang belum sanggup dia lupakan, laki-laki pertama yang membuat Tara percaya kalau tidak semua laki-laki bajingan, dan laki-laki pertama yang berhasil menyentuh Tara lewat sketsa gambarnya, a fairy without wings. Sementara lelaki yang satunya, bukan hanya membantu Tara bangkit dan menyembuhkan segala luka hati dan psikisnya, tapi juga rela mengorbankan masa depannya menjadi narapidana hanya karena mencegah Tara menjadi seorang pembunuh. Kita jadi kayak penilai setiap karakternya juga, apakah yang dilakukan setiap tokohnya benar atau salah. Tapi yang pasti, novel ini setidaknya mengajarkan kalau Tuhan itu maha adil. Setiap perbuatan tidak menyenangkan yang pernah dilakukan di masa lalu, akan tetap mendapatkan ganjarannya nanti.
Selain kisah Tara, terselip juga kisah Muli -sahabat Tara-. Hmmm, entah bagaimana aku menilai tokoh Muli. Di satu sisi, kasihan dengan cinta bertepuk sebelah tangannya terhadap Junot. Salut dengan Muli yang tetap optimis meraih cinta sejatinya, tapi tidak membenarkan jalan yang Muli ambil. Bisa mengerti juga dengan perasaan Muli, melihat laki-laki yang sudah dikaguminya, yang bahkan membuatnya mengambil jurusan seni rupa demi bisa melihat Junot dari dekat, tapi Junot malah saling jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tapi Muli sayang, caramu salah menjauhkan Junot dari Tara. Tapi seperti yang sudah aku bilang tadi, kalau Tuhan itu maha adil. Yang aku suka dari novel ini adalah cara penulis menyelesaikan konflik yang seperti benang kusut.
Bukan hanya karakter-karakternya dan konflik cerita yang bikin emosi naik turun seperti roller coaster, tapi novel ini juga bertabur kalimat-kalimat yang quotable. Berikut beberapa kutipannya:
- Cinta tidak seharusnya dimulai dari keinginan untuk mengubah seseorang demi mencapai kebahagiaan, tetapi keinginan untuk tetap bahagia walau dia nggak bisa berubah. Hal 29
- Aku tahu kamu sanggup mengorbankan apa pun demi seseorang yang kamu cintai. Tapi percayalah, aku pun sanggup. Hal 33
- Apakah kamu tidak pernah ingat kita pernah bahagia? Hal 69
- Setiap orang membutuhkan waktu untuk bersedih, menangis dan sembuh. Hal 72
- Tapi itulah cinta. Jika kamu berani mencintai seseorang, maka kamu pun harus berani terluka karenanya. Hal 72
- Mimpi, dapatkah kamu mengabulkan satu keinginan? Hal 97
- Bagaimana mungkin aku lupa? Setiap detik yang berlalu bersamamu selalu indah. Hal 104
- Kamu mungkin berhasil menghapus sebagian memori seseorang, tapi kamu nggak bisa menghapus perasaannya. Hal 106
- Ada banyak hal indah di luar sana yang dapat kamu temukan. Yang perlu kamu lakukan adalah membuka matamu dan mencarinya. Hal 144
- Mencintainya, menjadikannya satu-satunya wajah yang akan aku kenang kala ajal datang menjemputku. Hal 148
- Knowing you is a gift. Holding you now is a miracle. Hal 150
- Seburuk apa pun masa lalumu, itu tidak penting buatku. Hal 151
- Mungkin aku tidak berani memimpikan esok hari, tapi untuk setiap hari yang aku jalani, aku tidak akan menyerah. Hal 152
- Mencintai untuk melepaskan? Jika saja dia punya pilihan lain. Hal 177
- Ada kalanya kita harus mengurai benang kusut agar tahu di mana ujung pangkal luka yang menggelayuti, baru bisa menyelesaikannya. Berdoa dan meminta kepada Tuhan. Berserahlah... Hal 189
- Aku sudah menemukan duniaku. Dan sekarang aku menemukan dunia yang lain. Hal 206
- Life goes on, Tara. Kalau memang sudah waktunya harus dilupakan, kamu harus membuangnya. Hal 208
- Kamu tidak berdaya memperbaiki masa lalu, tetapi kamu berdaya memperbaiki hari ini dan hari-hari selanjutnya. Harapan selalu ada. Hal 210
- Faith is the best of things. Good things never dies. Hal 235
- Cinta memang tidak butuh kata-kata. Tapi kenyataannya tidak ada seorang pun yang mampu mencintai seseorang tanpa kata-kata. Hal 253
Aku sangat merekomendasikan novel ini karena ceritanya yang bikin penasaran dan bisa dilahap dalam sekali duduk. Saat mulai membaca awalnya, kita tidak akan mau berhenti sebelum mendapatkan jawaban atas rasa penasaran yang sudah timbul di awal bab-nya.
Cinta, luka, dan dendam menjadi konflik utama dalam cerita, dan memaafkan adalah jalan terbaik untuk melupakan masa lalu dan memperbaiki masa depan. Because good things never dies.
4 of a 5 Stars
Forgiveness is a gift to yourself
Judul: Daisyflo
Penulis: Yennie Hardiwidjaja
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-8024-1
Tahun Terbit: 2012
Tebal Buku: 256 halaman;20 cm
Genre: Metropop, Drama, Romance
I've been touched by this novel. Benar-benar tersentuh dengan kisah cinta Tara dan Junot, membuat aku yakin kalau nggak ada yang bisa mengalahkan kekuatan cinta sejati.
Tadinya aku belum berniat membaca novel ini. Tapi keberadaannya di puncak rak waiting list-ku, membuat aku mau tidak mau memungut novel ini. Dan begitu membaca sinopsisnya, aku langsung membuka halaman pertamanya.
Membaca novel ini, kita seolah sedang menyusun satu per satu kepingan puzzle. Dari sinopsis, berlanjut ke prolog, penulis berhasil membangkitkan rasa penasaranku. Kenapa Tara ingin membunuh Tora? Kenapa Tora jalannya pincang? Dan hubungan Tara dengan Alexander dan Junot bagaimana? Diceritakan menggunakan multiple PoV dan alur maju mundur. Di masa lalu, bercerita menggunakan first PoV yaitu Tara. Sementara cerita di masa sekarang, menggunakan third PoV.
Di bab 1 aku mulai emosi dengan kelakuan Tora. Nggak modal dan terkesan begitu sangat memanfaatkan Tara, padahal dia anak orang kaya juga. Emosi juga dengan sifat plin-plannya Tara. Jadi teringat dengan lirik Manusia Bodoh-nya Ada Band. Saat memasuki part Tara bercerita soal Junot, aku nyaris memaki. Kenapa nggak pilih Junot aja dan kenapa malah memilih si Tora brengsek itu? Tapi, hei nggak akan ada konflik dong kalau begitu. Apa yang terjadi pada Tara di novel ini begitu menyakitkan. Terpaksa harus mengorbankan perasaannya sendiri terhadap Junot, karena Tora sudah melakukan hal yang membuat Tara terluka, bukan hanya fisik, batin, tapi juga psikis. Membuat Tara ingin meninggalkannya, tapi juga tidak bisa.
Penulis benar-benar berhasil membuat kita emosi, terenyuh dan jatuh cinta selama membaca novel ini. Saat emosi dengan kelakuan Tora dan begonya Tara, kita akan dibuat jatuh cinta dengan Junot dan Alexander. Kalau aku yang jadi Tara, pasti bakalan bingung akan memilih yang mana. Yang satunya, cinta masa lalunya yang belum sanggup dia lupakan, laki-laki pertama yang membuat Tara percaya kalau tidak semua laki-laki bajingan, dan laki-laki pertama yang berhasil menyentuh Tara lewat sketsa gambarnya, a fairy without wings. Sementara lelaki yang satunya, bukan hanya membantu Tara bangkit dan menyembuhkan segala luka hati dan psikisnya, tapi juga rela mengorbankan masa depannya menjadi narapidana hanya karena mencegah Tara menjadi seorang pembunuh. Kita jadi kayak penilai setiap karakternya juga, apakah yang dilakukan setiap tokohnya benar atau salah. Tapi yang pasti, novel ini setidaknya mengajarkan kalau Tuhan itu maha adil. Setiap perbuatan tidak menyenangkan yang pernah dilakukan di masa lalu, akan tetap mendapatkan ganjarannya nanti.
Selain kisah Tara, terselip juga kisah Muli -sahabat Tara-. Hmmm, entah bagaimana aku menilai tokoh Muli. Di satu sisi, kasihan dengan cinta bertepuk sebelah tangannya terhadap Junot. Salut dengan Muli yang tetap optimis meraih cinta sejatinya, tapi tidak membenarkan jalan yang Muli ambil. Bisa mengerti juga dengan perasaan Muli, melihat laki-laki yang sudah dikaguminya, yang bahkan membuatnya mengambil jurusan seni rupa demi bisa melihat Junot dari dekat, tapi Junot malah saling jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tapi Muli sayang, caramu salah menjauhkan Junot dari Tara. Tapi seperti yang sudah aku bilang tadi, kalau Tuhan itu maha adil. Yang aku suka dari novel ini adalah cara penulis menyelesaikan konflik yang seperti benang kusut.
Bukan hanya karakter-karakternya dan konflik cerita yang bikin emosi naik turun seperti roller coaster, tapi novel ini juga bertabur kalimat-kalimat yang quotable. Berikut beberapa kutipannya:
- Cinta tidak seharusnya dimulai dari keinginan untuk mengubah seseorang demi mencapai kebahagiaan, tetapi keinginan untuk tetap bahagia walau dia nggak bisa berubah. Hal 29
- Aku tahu kamu sanggup mengorbankan apa pun demi seseorang yang kamu cintai. Tapi percayalah, aku pun sanggup. Hal 33
- Apakah kamu tidak pernah ingat kita pernah bahagia? Hal 69
- Setiap orang membutuhkan waktu untuk bersedih, menangis dan sembuh. Hal 72
- Tapi itulah cinta. Jika kamu berani mencintai seseorang, maka kamu pun harus berani terluka karenanya. Hal 72
- Mimpi, dapatkah kamu mengabulkan satu keinginan? Hal 97
- Bagaimana mungkin aku lupa? Setiap detik yang berlalu bersamamu selalu indah. Hal 104
- Kamu mungkin berhasil menghapus sebagian memori seseorang, tapi kamu nggak bisa menghapus perasaannya. Hal 106
- Ada banyak hal indah di luar sana yang dapat kamu temukan. Yang perlu kamu lakukan adalah membuka matamu dan mencarinya. Hal 144
- Mencintainya, menjadikannya satu-satunya wajah yang akan aku kenang kala ajal datang menjemputku. Hal 148
- Knowing you is a gift. Holding you now is a miracle. Hal 150
- Seburuk apa pun masa lalumu, itu tidak penting buatku. Hal 151
- Mungkin aku tidak berani memimpikan esok hari, tapi untuk setiap hari yang aku jalani, aku tidak akan menyerah. Hal 152
- Mencintai untuk melepaskan? Jika saja dia punya pilihan lain. Hal 177
- Ada kalanya kita harus mengurai benang kusut agar tahu di mana ujung pangkal luka yang menggelayuti, baru bisa menyelesaikannya. Berdoa dan meminta kepada Tuhan. Berserahlah... Hal 189
- Aku sudah menemukan duniaku. Dan sekarang aku menemukan dunia yang lain. Hal 206
- Life goes on, Tara. Kalau memang sudah waktunya harus dilupakan, kamu harus membuangnya. Hal 208
- Kamu tidak berdaya memperbaiki masa lalu, tetapi kamu berdaya memperbaiki hari ini dan hari-hari selanjutnya. Harapan selalu ada. Hal 210
- Faith is the best of things. Good things never dies. Hal 235
- Cinta memang tidak butuh kata-kata. Tapi kenyataannya tidak ada seorang pun yang mampu mencintai seseorang tanpa kata-kata. Hal 253
Aku sangat merekomendasikan novel ini karena ceritanya yang bikin penasaran dan bisa dilahap dalam sekali duduk. Saat mulai membaca awalnya, kita tidak akan mau berhenti sebelum mendapatkan jawaban atas rasa penasaran yang sudah timbul di awal bab-nya.
Cinta, luka, dan dendam menjadi konflik utama dalam cerita, dan memaafkan adalah jalan terbaik untuk melupakan masa lalu dan memperbaiki masa depan. Because good things never dies.
4 of a 5 Stars
0 komentar:
Posting Komentar