Ketika lembar halaman buku bergesekan
Kudengar suaramu
Ketika kertas-kertas digoreskan
Kulihat isi hatimu
Ketika kuhirup setiap lembarmu
Kuhirup harummu
Ketika cinta kuadukan
Kuadukan pada putihmu
Ketika aku berdoa
Oh Tuhan
Aku jatuh cinta
Aku tahu
Engkau pangeranku yang belum ada
Judul: Pangeran Kertas
Penulis: Syahmedi Dean
Editor: Dini Novita Sari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-0784-8
Tebal: 224 halaman
Tahun Terbit: 2014
Genre: Drama, Family, Metropop
Mungkinkah Nania jatuh cinta pada impian yang ia ciptakan sendiri?
Mungkin. Nania hidup dalam kesepian panjang, di antara Papa, bintang televisi yang sangat tenar, dan Mama, ibu yang hancur karena ketenaran suami. Nania mencari cinta dalam puisi-puisi yang ia tulis, sampai ia jatuh cinta pada sosok yang ia ciptakan, seorang Pangeran Kertas yang berhati putih, yang bisa menerima keluh kesah apa pun dari Nania, yang di dadanya Nania bisa menumpahkan tinta kata-kata. Apa yang terjadi ketika Pangeran Kertas menjadi kenyataan? Mereka berdua beradu kata-kata indah di bawah rembulan, beradu tatapan mata bertukar cinta.
Bagaimana jika pangeran impian berhadapan dengan pangeran lain yang lebih nyata? Mana yang harus dimenangkan, impian atau kenyataan? Nania semakin digempur oleh dua pilihan, sangat membingungkan. Salah satunya selalu menyembuhkan ketika yang lain menyakitkan. Mana yang menyakitkan, impian atau kenyataan? Puisi-puisi Nania semakin mengalir ke hamparan kertas.
Nania berdiri di depan megahnya Taj Mahal, monumen cinta paling abadi di muka bumi, merasakan betapa beruntungnya dihujani cinta dan kasih sayang. Nania pun terseret ke Yogyakarta, tempat benteng-benteng tua yang bertahan melalui dera kenangan masa lalu. Mencintai dan dicintai. Impian dan kenyataan. Pilihan yang sulit namun tetap harus diambil, lalu suatu hari nanti pilihan tersebut akan menjadi kenangan berair mata.
Oh, Tuhan. Dia jatuh cinta. Pada pangeran yang belum ada. Hal 41
Novel ini ceritanya sederhana, dengan tokoh utama Nania, Raka dan Alvan, dan berlatar belakang di Jakarta, Yogyakarta dan India. Membunuh rasa sepinya, Nania mencurahkan segala perasaannya dalam bentuk puisi di buku bersampul merah miliknya. Dan rasa cinta itu hadir. Nania jatuh cinta pada pangeran impiannya yang belum ada. Sosok Alvan muncul, dan langsung menunjukkan ketertarikan pada Nania. Puisi Nania dijadikan lagu olehnya dan Alvan tidak menunda untuk mengatakan kalau dia suka sama Nania. Tapi hati Nania masih tertuju pada pangeran impiannya.
Seandainya kita bisa memilih ... Masalahnya, kita tidak bisa memilih. Hal 44
Kita baru bertemu dua hari. Sebaiknya harus hati-hati dengan perasaan kita. Hal 50
Saat mengunjungi papanya di lokasi syuting, Nania melihat sosok Raka. Raka adalah asisten penulis naskah pada sinetron yang dibintangi papanya. Nania memperhatikan sosok Raka, dan satu kalimat yang dituliskan Raka pada naskah papanya, membuat Nania tertegun. Dia sudah menemukan sosok pangeran kertasnya.
Kau menyiksaku dengan rayuan malam. Kau tarik aku terbang ke bulan. Bisakah kau kirimkan aku kembali ke bumi?
Nania mencari cara untuk bisa bertemu dengan Raka. Dan saat kesempatan itu datang, Nania mengundang Raka untuk hadir pada festival pekan raya dimana dia akan menjadi salah satu pembaca puisi setelah sebelumnya mereka saling melempar kalimat-kalimat puitis.
Langit-langit tanpa bola mata. Huh! Anak kecil juga berani menatapnya. Hal 85
Singkat cerita, Raka dan Nania berkencan, setelah Raka mendengarkan puisi pangeran kertas yang dibacakan Nania. Raka tersentuh, bukan hanya dari cara Nania membacakan puisi tapi juga karena sosok pangeran kertas yang ada dalam puisi Nania, mengingatkannya pada gambar hasil karyanya semasa kecil dulu.
Terlalu banyak kebetulan yang terjadi dalam satu lingkup waktu yang pendek, tidak mungkin kalau tidak ada apa-apanya. Hal 97
Di bawah sinar rembulan di taman Ayodhya, mereka saling mengungkapkan perasaan. Tidak lewat kata-kata, tidak lewat ikrar dan janji, tapi lewat tatapan mata.
Biar mata kita saja yang berbicara. Agar kita tidak berutang janji apa-apa. Hal 102
Tapi kemunculan Alvan yang tiba-tiba, membuat Raka cemburu dan dikuasai amarah. Raka kecewa karena dikiranya Nania hanya mempermainkan dirinya.
Ternyata sangat mudah menemukan kata-kata yang muncul hanya untuk menjerat. Hal 102
Nania patah hati sampai jatuh sakit. Dalam sakitnya, Alvan terus mendampinginya, menjaga dan merawatnya. Menghibur Nania lewat lagu-lagu ciptaannya. Membuat Raka kembali mundur saat niat untuk memperbaiki hubungan dengan Nania muncul.
Sebodoh-bodohnya laki-laki adalah mereka yang tidak berusaha merebut kembali apa yang membuat mereka bermimpi dan bahagia. Hal 116
Setelah Nania sembuh, dia bersama papanya dan Alvan liburan ke India. Mengunjungi Taj Mahal dan Jaipur, hati Nania masih dikuasai Raka. Tapi Nania tidak pernah menyangka kalau diantara keriuhan festival Holy di Jaipur, Nania kembali bertemu dengan Raka. Keduanya melepaskan kerinduan sesaat. Hanya sesaat, karena saat Alvan muncul, Raka kembali dikuasai amarah dan cemburu dan berlalu meninggalkan Nania begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan Nania.
Bunga yang cantik akan banyak yang mencintai. Kamu tidak bisa mencintai hukum alam. Hal 166
Intuisi dan rasa suka, kalau bergabung, nggak perlu lagi waktu berabad-abad untuk riset dan perkenalan. Tinggal keberanian saja untuk meraih idaman jiwa. Hal 178
Kenapa impian bisa lenyap seperti embun diterpa sinar kenyataan. Hal 195
Itulah kenapa di antara harapan dan kenyataan selalu ada rentang waktu, supaya setiap saat kita bisa bersiap-siap. Hal 197
Cinta dari orang lain itu tidak bisa dipaksakan atau ditagih-tagih. Hal 197
Masa lalu harus ditinggalkan di masa lalu. Hal 207
Mencintai itu menyakitkan, dan dicintai itu membahagiakan. Tak ada lagi yang harus dilakukan selain bersyukur.
Novel ini bisa dibilang setengah sastra, setengah bahasa gaul. Selain konsepnya yang tanggung, terlalu banyak kebetulan juga ada di novel ini. Dimulai dari pangeran kertas, warna sampul buku puisi Nania dan Raka, India sampai ke kejadian di masa depan. Kisah cintanya juga kayak cinta monyet, salah paham sedikit ngambek. Belum lagi Nania yang meweknya minta ampun kalau sudah teringat pada sosok Raka. Pondasi cinta yang lemah, jadi kesannya kekanakan. Raka yang karena cemburu dan salah paham, langsung emosian tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Nania dulu. Sementara Nania, demi ingin membalas dendam kelakuan Raka, menerima lamaran Alvan padahal dia tidak mencintai Alvan sama sekali. Kita akan bertanya-tanya nanti apakah Nania akan lebih menggunakan logikanya atau hatinya.
Tapi aku suka konsep yang tanggung -setengah sastra, setengah bahasa gaul-, karena otakku memang tidak terlalu akrab dengan bahasa puitis mendayu-dayu. Dari segi kerapihan, aku masih menemukan beberapa typo, tidak mengganggu, tapi ada 2 yang aku garis bawahi karena terlalu jelas, yaitu:
- segera badan, harusnya segera balik badan. hal 119
- she will br, harusnya she will be. hal 140
Dari keseluruhan ceritanya, menurutku biasa-biasa saja, dari segi konflik, jalan cerita sampai ke karakter utamanya, karena justru Alvan si second male-lah yang lebih banyak mencuri hatiku.. Dan unsur metropopnya juga tidak terlalu kental. Rating dari aku 2 bintang untuk jalan cerita dan karakternya, plus 1 bintang untuk kutipan-kutipan puitis dan puisi-puisi Nania dan Raka.
Langit putih
Seputih halaman kertasku
Teteskanlah badai di hatimu
Gores demi gores
Aku bisa menampungnya di sini
Pernahkah kau impikan aku?
Ketika matahari dan bulan bertemu
Tulislah resahmu di dadaku
Dadaku putih untuk setiap tetes tintamu
Kasihku yang belum datang
Akulah pangeranmu
3 of a 5 Stars
0 komentar:
Posting Komentar