Judul
: Cinta Paket Hemat
Penulis
: Retni SB
Penerbit
: PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN
: 978-979-22-98352-5
Jumlah
Halaman : 280 halaman
Genre
: Metropop, Romance
BLURB
:
Wajah lumayan, karir
ada, dukungan keluarga tak pernah kurang, punya teman se-geng yang asyik, bisa
ketawa kapan saja, dan … statusnya bukan jomblo. Itulah Pipit. Semua itu cukup
jadi modalnya untuk bahagia, kan? Memang.
Tapi, sejak dia
mendadak ketiban rezeki jadi ibu bagi Lio, bocah laki-laki umur lima tahun,
hidupnya berubah 180 derajat! Putus dengan pacar, tenaga dan emosi terkuras ke
sana-sini, pekerjaan kacau balau –bahkan sampe dipecat- teman-teman menjauh
….Aduh! semua berantakan. Apa yang bisa membuat hidupnya kembali cerah seperti
dulu?
Dokter yang
memeriksanya menyarankan supaya dia punya pacar. Ha! Mana ada sih cowok yang
mau menerima dia lengkap satu paket dengan Lio?
Bahkan Pak sapta, yang
dewasa dan mapan, yang mampu melimpahinya dengan perhatian dan hadiah
serbasempurna, tak ingin keasyikannya dengan Pipit ditengahi Lio…
Kebalikan dari Aries.
Ah, cowok sinting itu malah mampu membuat Lio menjadi tenang. Tapi sebelnya,
cowok itu hobi benar adu mulut … mulutnya tak pernah berhenti menyela dan
berkomentar.
***
Tidak pernah terlintas
di benak Pipit kalau dia harus kehilangan kakak dan kakak iparnya sekaligus.
Lia dan Fadil, yang berniat menghabiskan liburan singkat di Jogja malah harus
pergi selama-lamanya akibat gempa yang meruntuhkan losmen tempat mereka
menginap. Di tengah rasa sedih yang melanda Pipit, pikirannya malah fokus pada
warisan tanpa wasiat yang ditinggalkan Lia dan Fadil. Lio, anak mereka,
ponakannya, bocah berusia 5 tahun yang mengidap autisme infantil. Hari-hari Pipit berubah. Pekerjaan terbengkalai
karena perhatiannya yang juga tercurah pada Lio. Belum lagi rasa frustasi saat
melihat kemunduran yang terjadi pada Lio. Untung ada Aries, adik Fadil yang
bersedia ikut mengurus Lio. Meski awalnya adu mulut selalu menghiasi hari-hari
mereka, tapi pada akhirnya Pipit mulai melihat Aries dari sudut pandang
berbeda. Cara Aries melindungi mereka –dia dan Lio- dan merawat serta
memerlakukan Lio layaknya anak sendiri, menumbuhkan bibit-bibit cinta di hati
Pipit. Yang ingin Aries tahu, apakah itu benar-benar rasa cinta, atau hanya
karena Pipit merasa terlindungi saja dan salah mengartikan kalau itu adalah
rasa cinta.
Selalu suka dengan gaya
menulis mbak Retni yang enak, mengalir, tidak kaku dan membosankan. Keindahan
Indonesia yang belum pernah diketahui olehku, selalu diselipkan dalam
novel-novel mbak Retni. Kali ini walau pun hanya singkat, mbak Retni mengajak
kita untuk menelusuri gua di gunung Kidul. Karakter yang dibawa mbak Retni –masih-
karakter yang tidak terkontaminasi dunia hiburan malam dan full branded from head
to toe. Konflik yang dibawa, khas kehidupan sehari-hari.
Di pembuka novel ini,
aku masih diliputi haru saat Pipit tiba-tiba kehilangan dua orang yang disayang
sekaligus. Tapi selanjutnya, kita akan mulai terbawa dengan monolog Pipit yang
terkadang koplak dan bikin ngakak. Belum lagi kalau dia mulai terlibat adu
mulut dengan Aries dan mengeluarkan julukan-julukan untuk Aries. Diceritakan
dengan 2 PoV berbeda, dari Pipit dan Aries. Walau didominasi pikiran Pipit,
tapi setidaknya nggak merasa penasaran dengan isi kepala Aries. Dan lewat novel
ini, aku menarik kesimpulan kalau pesan moral yang ingin disampaikan penulis
adalah apabila kita mengerjakan sesuatu dengan ikhlas, akhirnya akan dimudahkan
juga oleh Allah. Dan manusia harus jatuh berkali-kali dulu sebelum bisa
berjalan dengan tegak (konflik Pipit dalam mengasuh Lio).
Tapi aku juga agak
terganggu dengan karakter Pipit yang terlalu labil, dan suasana hatinya yang
gampang berubah hanya karena hal-hal kecil. Terlalu cepat menyimpulkan keadaan
dan terlalu mengasihani diri. Yah memang tidak gampang kehilangan kakak dan
iparnya sekaligus, ditambah warisan yang mereka tinggalkan. Tapi Pipit terlalu
berkubang dengan dukanya sendiri, tanpa sadar kalau sebenarnya beban yang
dipikul Aries justru lebih berat. Dan bukan dijauhi teman sebenarnya, tapi dia
sendiri yang menjauh karena tidak menerima kritik dan saran yang disampaikan
teman-temannya. Cerita juga jadi terfokus pada dunia Pipit dan Lio yang
sebenarnya jadi konflik utama kehidupan Pipit dan Aries hanya digambarkan
sambil lalu saja. Dan tokoh Pak Sapta sendiri mantan atasan Pipit dan kemudian
menjalin hubungan dengan Pipit. Umurnya belum juga memasuki kepala 4 tapi
karena terus dilabeli dengan panggilan ‘pak’ sekalipun mereka sudah pacaran,
membuat imajinasiku jadi rusak karena yang ada dalam imajinasiku kalau Pak
Sapta ini memang sudah tua dan pantas dipanggil Om. Dan disayangkan juga, di
usianya yang seharusnya bisa menjadikan dia lebih bijaksana, justru dia tidak
bisa menerima kehadiran Lio dan seolah-olah berusaha menjauhkan Pipit dari Lio.
Dari segi penulisan,
cukup rapih juga. Walau ada beberapa typo, tapi tidak sampai mengganggu. Dibandingkan
novel mbak Retni lainnya yang sudah pernah kubaca, novel ini tidak terlalu
meninggalkan kesan yang mendalam. Tapi aku menikmati cara mbak Retni bercerita
lewat dialog-dialog dalam novel ini.
3
of a 5 star.
0 komentar:
Posting Komentar