Judul : 57 Detik
Penulis : Ken Terate
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-4632-2
Jumlah Halaman : 232 halaman
Genre : Teenage, Friendship
BLURB :
JOGJA, KORAN REMAJA-- Aji, Ayomi, dan Nisa adalah remaja "biasa", kayak kita-kita gitu deh. Mereka mengaku kadang bosan dengan hari-hari mereka. Sekali-sekali mereka pengin juga mengalami kejadian seru. Tapi tentu saja bukan seru yang menyengsarakan seperti GEMPA. Namun, itulah yang terjadi! Gempa itu tiba-tiba datang dan mengacaukan semuanya. Cuma 57 detik, tapi akibatnya begitu mengerikan. Petualangan luar biasa terpaksa mereka jalani. Apa aja cerita mereka? Bagaimana mereka bertahan? Apa ada kejadian lucu dalam tragedi ini? Berikut wawancara dengan mereka.
Tanya : Waktu gempa rasanya seperti apa?
Aji : Seperti ditabrak buldoser.
Ayomi : Seperti naik roller coaster...tanpa sabuk pengaman
Nisa : (lirih) seperti sulap.
Tanya : Apa yang membuat kamu paling sedih?
Aji : Bencana itu rasanya nggak adil, sepertinya selalu menimpa orang yang sudah susah.
Ayomi : Aku nggak bisa menari lagi, padahal menari adalah hidupku.
Nisa : (lirih juga) sahabatku Aisyah... dia... (tidak berhasil melanjutkan)
Tanya : Apa hikmah yang bisa kamu dapatkan?
Aji : Akhirnya gue tau apa yang gue inginkan, setelah gue capek memenuhi harapan orang lain.
Ayomi : Dapet pacar baru.
Nisa : Aku sadae aku sangat sayang pada keluargaku, meski mereka sama sekali nggak keren.
Wow! Petualangan mereka benar-benar seru dan sangat menarik untuk disimak. Misalnya, Nisa yang harus bertahan di puing-puing tanpa makanan lebih dari sehari semalam, lalu Aji yang jadi relawan dadakan, dan Ayomi yang merasa dunianya hilang dalam sekejap gara-gara isu tsunami fiktif.
Oh iya, ada cerita-cerita lucu dan romantisnya juga lho. Dapatkan kisah lengkap mereka di buku ini, sekarang juga!
***
Tadinya Aji, Ayomi dan Nisa cuma tiga remaja biasa. Aji, anak Jakarta, mahasiswa semester 4 Fakultas kedokteran Umum yang memilih 'kabur' sejenak selama 2 hari di Jogjakarta karena bosan dengan rutinitas kampusnya. Ayomi, anak anggota DPRD yang merasa tidak memiliki kemampuan apa pun selain menari, dan kekurangan kasih sayang orangtua yang super sibuk. Nisa, yang selalu mengeluhkan keluarganya, dan menjauh dari sahabat sejak kecilnya Aisyah, karena Aisyah yang mulai mendalami agama, dan terlalu menceramahi dirinya.
Tapi gempa yang mengguncang Jogjakarta selama 57 detik mengubah mereka. Membuka mata, hati dan pikiran mereka. Memersatukan kembali persahabatan Nisa-Aisyah dan Nisa-Ayomi yang sempat renggang. menyadarkan Aji untuk kembali berjuang menjadi mahasiswa Kedokteran.
Di umurku yang mendekati kepala 3 ini membuat aku biasanya menghindari novel berlabel teenlit. Tapi selain karena tengah ikut tantangan membaca novel metropop, amore dan teenlit, tema yang ditawarkan novel ini berbeda membuat aku tertarik untuk membacanya. Berlatarkan gempa Jogja 8 tahun lalu, penulis kembali membawa ingatan aku ke masa itu. Siapa pun pastinya nggak pernah melupakan gempa 5,9 SR yang nyaris meluluh-lantakkan sebagian daerah di Jogja. Aku nggak berhenti merinding saat penulis mulai mendeskripsikan detik-detik terjadinya gempa dan keadaan serta kepanikan warga pasca gempa. Apalagi penulis juga menyisipkan beberapa foto pasca gempa dari koran harian Jogja.
Kelebihan novel ini adalah latar belakang yang diangkat penulis, yang membuat novel ini berbeda karena nggak mengangkat cinta monyet remaja dan aksi gencet-menggencet di sekolahan. Memakai multiple PoV, tapi diksinya enak dan mengalir, dan tidak berantakan. Ceritanya nyambung mulai dari PoV Nisa, Ayomi dan Aji. Dari novel ini juga kita diajarkan untuk bersyukur dengan segala yang sudah dimiliki, dan ikhlas dalam menghadapi cobaan apa pun dari Allah. Dan meski pun latar belakang ceritanya gempa Jogja, tapi nggak melulu isi novel ini kesedihan dan kesuraman. Sisi remaja Nisa, Ayomi dan Aji tetap ada di novel ini, dan beberapa kisah lucu pasca gempa.
Yang mengganggu aku hanya cara bicara Aji selama berkomunikasi dengan Ayomi dan Nisa. Menggunakan 'gue' dan 'kamu'. Jatuhnya nanggung dan aneh aja jadinya.
Tapi overall, aku merekomendasikan novel ini bukan cuma untuk kalangan remaja saja tapi juga kalangan dewasa. 3 of a 5 star.
0 komentar:
Posting Komentar