Judul: Paris Aline
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Gagas Media
ISBN: 979-780-577-8
Tahun Terbit: 2012
Tebal Buku: 214 halaman;13x19 cm
Genre: Romance
Kategori: Fiksi, STPC
Pembaca tersayang,
Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Eclair, Beautiful Mistake dan Kastil Es Dan Air Mancur Yang Berdansa.
Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bersama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula? Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Pere Lachaise yang konon berhantu?
Setiap tempat punya cerita.
Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.
Enjoy the journey,
EDITOR
Hidup Aline tadinya biasa-biasa saja. Mahasiswa S2 yang kuliah di jurusan yang tidak dia minati sama sekali hanya demi mewujudkan keinginan almarhum ayahnya. Bekerja part time di bistro Lombok, salah satu bistro yang menjual makanan khas Indonesia. Jatuh cinta pada salah satu koki yang bernama Putra tapi kemudian diberi nama julukan ubur-ubur saat Putra pacaran dengan Julie, koki bule lainnya. Hidup Aline berubah saat mengenal Sena setelah tanpa sengaja menemukan keramik yang dibuang dan ada namanya Sena. Lelaki eksentrik yang selalu terlihat ceria. Yang dua kali membatalkan rencana pertemuan mereka di Bastille, lokasi yang dulunya adalah bekas penjara, dan tengah malam pula, saat Aline akan mengembalikan keramik yang dia temukan. Awalnya Aline menganggap Sena laki-laki aneh, dengana impiannya menjadi sutradara, selalu memakai syal bertumpuk, mengunjungi Pere Lachaise seperti sedang mengunjungi pulau Maldive, dan mulutnya yang terkadang kejam. Aline pun tahu potensi apa yang dia miliki berkat celetukan Sena. Dari Sena pula Aline tahu perasaan suka yang dipendam Eza, tetangga flatnya. Kehadiran Sena yang awalnya mengganggu, menjadi sebuah kehilangan dan rasa penasaran saat Sena tak menampakkan batang hidungnya selama berhari-hari. Rasa penasaran terjawab saat suatu hari Aline bertemu dengan Sena yang tergesa-gesa menitipkan beberapa keramik padanya. Masih dengan banyaknya pertanyaan yang berkeliaran dalam kepalanya, Aline tiba-tiba melihat Sena yang diseret oleh seorang perempuan Prancis paruh baya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Sena? Aline mendapatkan jawaban setelah menemui kakak kandung Sena. Dan kali ini Aline bertekad untuk 'membebaskan' Sena.
Paris ini kalau nggak salah adalah seri pertama STPC. Aku selalu suka gaya menulis Prisca, dan masih tetap suka gaya menulisnya di novel ini. Dialognya ringan dan lucu. Nggak bakalan dibuat bosan dengan cara penulis bercerita. Tahu-tahu aja kita sudah hampir mendekati halaman akhir. Cara penulis mendekatkan Aline dan Sena juga terbilang unik. Aku nggak terlalu merasa asmaranya terlalu meletup-letup, tapi chemistry antara keduanya sangat kerasa. Untuk setting Paris-nya, penulis memilih tempat-tempat yang tidak biasa. No Eiffel, Louvre or Arch de Triumphe (mudah-mudahan nggak salah tulis), tapi penulis malah memilih Bastille yang bekas penjara dan Pere Lachaise. Nggak kebayang deh sabarnya Aline, tiga hari berturut-turut diajak ketemuan di Bastille, jam 12 malam pula, dan selama dua hari berturut-turut dibatalkan janjinya. Untuk karakter pendukung, aku menyukai si Ezra (eh atau Eza yah). Berharap Prisca akan menuliskan kisahnya sendiri di novelnya yang lain :)
Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bersama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula? Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Pere Lachaise yang konon berhantu?
Setiap tempat punya cerita.
Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.
Enjoy the journey,
EDITOR
Hidup Aline tadinya biasa-biasa saja. Mahasiswa S2 yang kuliah di jurusan yang tidak dia minati sama sekali hanya demi mewujudkan keinginan almarhum ayahnya. Bekerja part time di bistro Lombok, salah satu bistro yang menjual makanan khas Indonesia. Jatuh cinta pada salah satu koki yang bernama Putra tapi kemudian diberi nama julukan ubur-ubur saat Putra pacaran dengan Julie, koki bule lainnya. Hidup Aline berubah saat mengenal Sena setelah tanpa sengaja menemukan keramik yang dibuang dan ada namanya Sena. Lelaki eksentrik yang selalu terlihat ceria. Yang dua kali membatalkan rencana pertemuan mereka di Bastille, lokasi yang dulunya adalah bekas penjara, dan tengah malam pula, saat Aline akan mengembalikan keramik yang dia temukan. Awalnya Aline menganggap Sena laki-laki aneh, dengana impiannya menjadi sutradara, selalu memakai syal bertumpuk, mengunjungi Pere Lachaise seperti sedang mengunjungi pulau Maldive, dan mulutnya yang terkadang kejam. Aline pun tahu potensi apa yang dia miliki berkat celetukan Sena. Dari Sena pula Aline tahu perasaan suka yang dipendam Eza, tetangga flatnya. Kehadiran Sena yang awalnya mengganggu, menjadi sebuah kehilangan dan rasa penasaran saat Sena tak menampakkan batang hidungnya selama berhari-hari. Rasa penasaran terjawab saat suatu hari Aline bertemu dengan Sena yang tergesa-gesa menitipkan beberapa keramik padanya. Masih dengan banyaknya pertanyaan yang berkeliaran dalam kepalanya, Aline tiba-tiba melihat Sena yang diseret oleh seorang perempuan Prancis paruh baya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Sena? Aline mendapatkan jawaban setelah menemui kakak kandung Sena. Dan kali ini Aline bertekad untuk 'membebaskan' Sena.
Paris ini kalau nggak salah adalah seri pertama STPC. Aku selalu suka gaya menulis Prisca, dan masih tetap suka gaya menulisnya di novel ini. Dialognya ringan dan lucu. Nggak bakalan dibuat bosan dengan cara penulis bercerita. Tahu-tahu aja kita sudah hampir mendekati halaman akhir. Cara penulis mendekatkan Aline dan Sena juga terbilang unik. Aku nggak terlalu merasa asmaranya terlalu meletup-letup, tapi chemistry antara keduanya sangat kerasa. Untuk setting Paris-nya, penulis memilih tempat-tempat yang tidak biasa. No Eiffel, Louvre or Arch de Triumphe (mudah-mudahan nggak salah tulis), tapi penulis malah memilih Bastille yang bekas penjara dan Pere Lachaise. Nggak kebayang deh sabarnya Aline, tiga hari berturut-turut diajak ketemuan di Bastille, jam 12 malam pula, dan selama dua hari berturut-turut dibatalkan janjinya. Untuk karakter pendukung, aku menyukai si Ezra (eh atau Eza yah). Berharap Prisca akan menuliskan kisahnya sendiri di novelnya yang lain :)
4 of a 5 Stars
0 komentar:
Posting Komentar