I fell in love with you. I don't know how, I don't know why, I just did.
Ke London, penulis membawa kisah seorang Gilang yang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, Ning. Bertahun-tahun Gilang memendam perasaannya, sampai keempat sahabatnya menantangnya ke London dan menyatakan cinta pada Ning.
Jangan menunda. Jangan habiskan separuh hidupmu untuk menunggu waktu yang tepat. Seringnya, saat kau sadar, waktu yang tepat itu sudah lewat. Kalau sudah begitu, kau cuma bisa menyesal.
Jadilah Gilang nekat menuju London, mengambil cuti selama delapan hari untuk mengejutkan Ning. Tapi sayang, Ning tidak berada di tempat. Ning tengah ke luar kota. Gilang pun memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri sungai Thames dan berdiri di bawah London Eye, membuatnya bertemu seorang gadis cantik dengan rambut ikal. Gilang menjulukinya Goldilocks. Gadis misterius yang membuatnya berani menaiki London Eye, yang muncul disaat hujan, dan menghilang disaat hujan berhenti. Malaikat, kata orang-orang tentang sosok yang muncul saat hujan dan menghilang saat hujan reda.
Ning muncul beberapa hari kemudian dan sangat bahagia dengan kedatangan Gilang. Bersama Ning, Gilang menyusuri Fitzrovia. Masuk keluar galeri seni dan menikmati kebersamaannya dengan Ning. Gilang tidak tahan lagi, ingin mengutarakan perasaannya. Terlebih saat dia menyadari ada yang berbeda dengan sinar mata Ning saat dia bertemu dengan salah seorang seniman. Dan meluncurlah pengakuan dari mulut Gilang. Terbalaskah perasaan Gilang?
Ini nggak enaknya kalau meresensi buku yang sudah dibaca berhari-hari yang lalu. Kadang lupa dengan nama-nama tokoh pendukung dalam cerita. Tema friendzone diangkat penulis dalam novelnya ini. Dan seperti yang sudah-sudah, terjebak friendzone itu nggak enak. Nggak enak kalau cuma salah satu yang jatuh cinta. Dan aku senang kali ini karena yang jatuh cinta pihak cowoknya bukan si cewek. Bercerita dari sudut pandang seorang Gilang yang menggalau bertahun-tahun. Berkali-kali ingin menyatakan cinta pada Ning, tapi meragu. Sekalinya menyatakan cinta, ehh si Ning malah nggak mendengar jelas karena suara ribut-ribut di belakang mereka. Puk-puk Gilang, yang sabar yah?
Tapi, jujur, aku nggak terlalu tertarik dengan kejelasan hubungan Gilang dan Ning. Sudah kebaca dengan jelas dari awal. Aku malah penasaran dengan si Goldilocks. Beneran malaikatkah dia? kalau beneran iya, mungkin dia malaikat pembawa cinta yang membuat Gilang harus jauh-jauh ke London dulu untuk mendapatkan cintanya. Bisa dibilang ceritanya jadi menarik karena ada si Goldilocks ini. Novel ini juga jadi makin berwarna dengan kisah Ny. Elis (kalau nggak salah itu namanya) pemilik penginapan tempat Gilang menginap.
Dan dari semua tema friendzone atau jatuh cinta dengan sahabat sendiri yang sudah aku baca, aku menarik satu kesimpulan. Ribet. Untung saja tidak pernah mengalaminya. Nggak enak bangetlah rasanya yah? Tiap hari dibuat bertanya-tanya terus, dia cinta juga nggak yah? Pengen nyatain cinta, tapi khawatir bertepuk sebelah tangan dan jadi canggung. Tapi, nggak dinyatain malah jadi berakar dalam hati dan mengakibatkan gagal move on. Harus segera ikut caranya Gilang nih. Kalau pun patah hati, setidaknya bisa cepetan move on.
Untuk keseluruhan ceritanya, gaya menulis mbak Windry masih seenak dan semengalir seperti biasanya, tema beda, karakter beda, latar belakang cerita beda dengan novel-novelnya yang lain. Jadi, sampai ke novel ke-5 penulis yang sudah aku baca, aku belum bosan dengan gaya menulisnya. Dan yang mengincar STPC, aku merekomendasikan novel yang satu ini, terutama buat kalian yang jatuh cinta dengan tema sahabat jadi cinta atau jatuh cinta dengan sahabat sendiri. Abaikan saja Gilang yang terlalu menye-menye, namanya juga lagi jatuh cinta :D
Judul: London Angel
Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Gita Romadhona
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2013
Genre: Romance
4 of a 5 Stars
1 komentar:
Sudah banyak banget yang ngereview buku ini, semoga aja bisa keluar filmnya hehe
Posting Komentar