‘Dikuncinya
pintu belakang lalu ia bersandar lemas pada pintu tersebut. Ia seperti dipaksa
menyadari kenyataan. Konyol rasanya, bercinta dengan Diyan di dalam kamar yang
penuh dengan kenangan mengenai Rera.
Ah,
dirinya kesal setengah mati.’
Faye
ditunangkan. Tanpa dasar cinta dan murni karena alasan bisnis. Calon
tunangannya, Diyan, adalah eligible bachelor yang paling diinginkan di Jakarta.
Laki-laki yang tidak bisa melepas masa lalunya dengan seorang model cantik
blasteran Prancis.
Harusnya
hubungan mereka hanya sebatas ikatan artificial saja. Tapi cinta, ego, dan
ambisi yang rumit mendorong mereka ke situasi yang lebih emosional. Situasi
yang mengharuskan mereka memilih dan melepaskan.
Pertanyaannya:
apa…dan siapa?
Judul: Orange
(Repackaged)
Penulis: Windry
Ramadhina
Editor: Christian
Simamora & Ayuning
Penyelaras Aksara:
Gita Romadhona
Desain Sampul:
Agung Nugroho
Ilustrator Isi:
Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas
Media
ISBN:
978-979-780-819-8
Tebal Buku: 306
Halaman
Fayrani
‘Faye’ Muid, fotografer handal yang lahir di keluarga pengusaha kaya raya, yang
lebih memilih menekuni dunia fotografer daripada terjun ke dunia bisnis
keluarganya, padahal dia anak tunggal. Faye begitu menyukai buah jeruk, dan
begitu menikmati rasa manis dan pahit yang ada pada buah jeruk. Seperti
kehidupan cintanya yang manis dan pahit.
Saat
diijinkan mengambil sekolah fotografi oleh kedua orangtuanya, Faye sudah
berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan kedua orangtuanya. Dan Faye tidak
dapat menolak saat dijodohkan dengan Diyan Adnan. Putra sulung keluarga Adnan,
CEO perusahaan besar dan sukses. Keduanya tidak menolak perjodohan tersebut,
dan dua-duanya menyadari kalau perjodohan mereka jug merupakan ikatan bisnis
antara keluarga Muid dan Adnan. Tapi Faye berubah pikiran saat mulai bertemu
dan mengenal Diyan. Meski sering kecewa dan kesal karena Diyan lebih sering
menghubunginya lewat Rei -sepupu dan juga sekretaris Diyan- tapi Faye tidak
bisa menampik kalau dia sudah jatuh cinta dengan Diyan. Sementara Diyan sendiri
mulai tertarik dengan Faye yang berbeda dengan perempuan kebanyakan. Tapi saat
Rera kembali muncul, Diyan pun masih belum bisa melupakan mantan kekasih yang
tiga tahun menjalin hubungan dengannya tapi memutuskan hubungan karena lebih
memilih karir.
Apakah
pada akhirnya Diyan akan tetap melanjutkan pertunangannya dengan Faye, atau
justru memilih kembali pada Rera? Silahkan dibaca novelnya :)
Aku
mengenal karya Windry di novel London –tapi maaf belum selesai dibaca-, tapi
aku mulai jatuh cinta dengan karyanya setelah membaca Montase dan Interlude.
Sudah lama penasaran dengan karya pertamanya ini, maka aku tidak melewatkan
kesempatan saat novel ini dicetak kembali. Yang aku suka dari karya-karyanya
Windry, tema percintaannya selalu berbeda, profesi yang ditekuni tokoh utamanya
juga selalu berbeda, tapi ciri khasnya selalu ada di setiap karya-karyanya.
Ciri khas yang aku maksudkan di sini adalah gaya menulisnya yang lembut tapi
bisa mengaduk-aduk emosi.
Aku
suka karakter Faye di novel ini. Unik dan sederhana. Sekalipun terlahir dari
keluarga kaya-raya, tapi selalu tampil apa adanya dan jadi diri sendiri. Dan,
yah, laki-laki mana pun pasti akan hanyut pada pesona Faye begitu mengenalnya
lebih dekat. Aku juga salut dengan sikap sportif Faye saat berhadapan dengan
Rera. Sebaliknya, aku nggak terlalu terpesona dengan Diyan karena menurutku pastinya
akan sangat membosankan bertunangan dengan laki-laki yang kesehariannya
bergantung pada agenda yang disusun oleh sekretarisnya. Belum lagi sifat
plin-plannya, yang bukan cuma melukai Faye, tapi menyakiti Rera juga.
Orange
ini temanya mainstream sebenarnya, perjodohan dan bayang-bayang mantan kekasih.
Kita akan diajak memasuki kehidupan keluarga Adnan, dimana kendali dalam
kehidupan rumah tangga dan anak-anaknya lebih dominan dipegang oleh Indra
Adnan, sang ibu. Munculnya tokoh Zaki, juga menambah konflik tersendiri. Meski,
konfliknya memang tidak terlalu rumit. Ala-ala drama Korea menurutku, melihat
keseharian mereka yang segala sesuatu disusun oleh sekretaris atau asisten
pribadi. Tapi kesan mewah dan glamour-nya masih kurang memang. Windry harusnya
bisa lebih detil menggambarkan kehidupan keluarga Adnan dan Muid yang hidup
bergelimangan harta. Tapi aku tetap jatuh hati dengan novel ini. Aku suka cara
Windry menuturkan cerita, dan di novel ini latar belakang profesi Faye dan
Diyan tidak terlalu dalam dibahas oleh Windry, jadi ceritanya memang lebih
terpusat pada dua tokoh utamanya. Pesan moralnya seperti biasa, manusia tidak
akan pernah menyadari arti seseorang di hidupnya sampai seseorang berlalu dari
hidup mereka.
Tapi
untuk ukuran novel debut, Orange berhasil memikat hatiku dengan untaian kalimat
sederhana Windry tapi jauh dari kesan kaku. Yang mendambakan cerita romansa
ringan, atau yang menyukai karya-karya Windry Ramadhina, novel ini bisa menjadi
pilihan tepat dan sayang untuk dilewatkan.
3,5 of 5 Stars.
0 komentar:
Posting Komentar