Judul: Shopaholic Abroad: Si Gila Belanja Merambah Manhattan (Shopaholic #2)
Penulis: Sophie Kinsella
Penerjemah: Siska Yuanita
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9789792203226
Tebal Buku: 496 halaman
Oh my God, Rebecca Bloomwood, you're really need a rehab. Yang sudah baca atau pernah nonton Confession Of A Shopaholic, pastinya sudah mengenal banget dengan tokoh Becky. Si gila belanja dengan kartu kredit, pengangguran dan utang menumpuk. Becky kembali lagi. Dengan godaan belanja yang mulai bisa dia tekan sedikit demi sedikit. Meski sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai pakar keuangan di acara TV, tapi Becky belum memiliki aset tetap, dan pendapatan serta pengeluarannya hampir tidak seimbang.
Tapi Becky masih juga kalap. Saat diajak Luke ke Manhattan, Becky semakin gila belanja. Tanpa dia sadari, ada seseorang yang mengikutinya. Dan dalam sekejap, dunia Becky jungkir balik. Daily World memuat beritanya, memutarbalikkan omongan Suze, sahabatnya, dan menyebut Becky munafik karena sebagai pakar keuangan dengan motto Look your money and the money will look after you, Becky justru tidak bisa membendung hasrat belanjanya, dan punya hutang menumpuk. Bertengkar hebat dengan Luke, gagal mendapat tawaran pekerjaan di New York, dan kehilangan pekerjaannya. Dunia Becky seakan runtuh. Tapi Becky tidak menyerah. Dengan bantuan Suze dan Tarquin, serta dukungan kedua orangtuanya, Becky kembali menemukan jalan untuk bebas dari belitan hutang.
Aduuuh kayak ikutan stres dengan gila belanjanya si Becky ini. Kebanyakan orang juga hobi berbelanja, tapi belanja apa yang dibutuhkan saja. Siapa sih yang nggak silau dengan pakaian, tas, sepatu dan aksesori bermerek? Tapi belinya yah pas lagi butuh saja. Si Becky ini, bukan cuma silau saja, tapi dia seriiiing banget belanja barang-barang yang nggak dia butuhkan. Kayak beli kartu-kartu ucapan, yang dia sendiri belum tahu kapan bakalan bisa memanfaatkan kartu tersebut. Apalagi total harga belanjaannya melampaui batas overdraft dan penghasilannya setiap bulan. Yah, aku juga memang harus mengakui sih, kalau punya kebiasaan yang hampir mirip dengan Becky. Bedanya, aku suka belanja buku walau udah jelas-jelas timbunan aku masih banyak juga hehehe.
Seperti biasa Sophie Kinsella bertutur dengan begitu asyik dan ringan. Pembaca nggak akan dilanda kebosanan, dan pasti akan selalu menyeletuk atau memutar bola mata tiap kali Becky beli baju lagi dengan alasan klasik: nggak punya apapun untuk dipakai, padahal baru belanja seabrek. Diajak santai-santai dulu, baru mulai diajak serius saat konflik mulai mendera, dan terakhir bisa bernapas lega. Dan, akhirnya yah, Becky bisa juga menemukan pekerjaan yang pas dengan hobi dan passion-nya. Dari awal baca, aku memang sudah bertanya-tanya kenapa Becky nggak memilih pekerjaan sebagai fashion stylist saja. Dia memang sangat berbakat dalam hal itu, dan kemampuan berbicaranya yang luar biasa. Sebenarnya, kalau perhatian Becky ini nggak tertuju ke kegilaannya belanja, dia punya banyak kemampuan yang akan berguna di mana saja dia bekerja nanti. Hmmmm,,,harus sedia kocek juga ini untuk mengincar seri shopaholic lainnya, karena aku masih penasaran dengan kelanjutan kisah Becky, dan juga asmaranya pastinya :)
3,5 of a 5 Stars