Judul : The Marriage
Roller Coaster
Penulis : Nurilla
Iryani
Tebal : 206 Halaman
Penerbit : Stiletto
Book
3,5
Bintang
Money can’t erase the loneliness.
Buku ini jadi novel kedua penulis yang
kubaca. Berbeda dengan tema di novel sebelumnya, kali ini penulis mengangkat
tema pernikahan. Seperti judulnya, nggak melulu kebahagiaan yang ada dalam
novel ini.
Menceritakan kisah Audi dan Rafa.
Pasangan yang baru membina rumah tangga selama satu tahun. Tapi Audi selalu
merasa kesepian karena Rafa yang sibuk bekerja dan memutuskan untuk menunda
memiliki anak. Audi juga kadang harus ekstra sabar menghadapi Rafa yang
cemburuan dan terkadang bersikap control freak. Masalah rumah tangga
mereka makin rumit dengan munculnya Yoga Indrajati, mantan pacar Audi saat kuliah
dulu dan menjadi klien perusahaan tempat Audi bekerja. Parahnya Yoga belum tahu
kalau Audi sudah menikah dan kembali gencar melakukan pendekatan pada Audi. Kehamilan
Audi pun tidak mengurangi masalah bahkan Audi harus resign dari pekerjaannya
padahal dia baru saja dipromosikan menjadi manajer. Puncak kesabaran Audi habis
saat ayahnya sakit di Jogja dan dia berniat pulang ke Jogja tapi Rafa malah
memilih untuk makan malam bersama teman-temannya. Audi pun berangkat ke Jogja
sendiri sekaligus untuk menenangkan diri. Bagaimana nasib pernikahan Audi?
Akankah dia tetap memaafkan Rafa dan mempertahankan pernikahannya? Atau malah
dia memilih untuk kembali pada Yoga yang belum bisa move on dari Audi? Silahkan
dibaca novelnya dan temani Audi menaiki roller coaster pernikahannya J
Temanya sih umum yah, kehidupan paska
pernikahan. Tapi gaya menulis yang ringan membuat aku menikmati novel ini dan
selesai melahapnya dalam waktu dua jam. Meski gaya penulisannya yang ringan
tapi penulis berhasil mengajakku untuk ikut menyelami perasaan Audi terlebih
disaat dimana dia harus mengalah pada keegoisan Rafa. Kalau biasanya tokoh
utama cowok yang sering bikin aku klepek-klepek, tapi di novel ini aku malah
jatuh hati dengan kesabaran Audi. Di dunia nyata jarang pasti menemukan karakter
seperti Audi ini yang sabarnya berlapis-lapis. Tapi aku juga sempat kecewa sih
diawal dengan sikap Audi yang lebih memilih untuk bohong soal statusnya demi
mengejar posisi yang lebih baik untuk karirnya. Geregetan juga sama Rafa yang
egoisnya luar biasa, dan bĂȘte juga sama Yoga yang muka tembok.
Dari segi penulisan ada beberapa typo
sih yang aku temukan atau penempatan kata yang kurang tepat menurutku, yaitu :
1.
Ukuran font yang berbeda di paragraf ke-7 (hal.
55)
2.
Dialog Sonya ke Audi, “Tapi lumayan deh, gue
bisa kabur dari kerjaan karena suruh
nemenin lo.” Harusnya ‘disuruh’. (hal. 83)
3.
Keingananku harusnya keinginanku (hal. 150)
4.
Menguatku harusnya menguatkan (hal. 160)
5.
“I wanna go home know” harusnya now (hal. 177)
6.
Ngerasa harusnya merasa (hal. 183)
7.
Kepergiaan harusnya kepergian (hal. 185)
8.
Penggunaan kata ganti orang pertama jamak ‘kita’
yang harusnya ‘kami’ (hal. 185, 187, 206)
Nggak sampai
mengganggu sih, tapi biar kedepannya typo-nya lebih minim atau lebih bagus lagi
kalau nggak ada typo-nya sama sekali.
Buat yang baru nikah, rencana mau nikah,
atau yang belum nikah sekalipun, saran dari aku sih wajib baca novel ini. Ambil
pesan moral yang coba disampaikan penulis lewat tokoh Audi. Kesabaran juga ada
batasnya jadi sebaiknya kita bisa menempatkan diri kapan saat kita harus
ungkapkan isi hati, kapan saatnya kita lebih baik untuk diam.
0 komentar:
Posting Komentar