10 Desember 2015

LEARNING TO LOVE by ENI MARTINI (NOVEL AMORE)

Diposting oleh Mellisa Assa di 12:43:00 PM





Sesuatu yang tidak cocok bukan dipaksakan untuk menjadi cocok, tapi dipahami agar saling mengisi. Hal 13

Judul: Learning To Love
Penulis: Eni Martini
Editor: Ruth Priscilia Angelina
Penerbit: Pt Gramedia Pustaka Utama
Desain Cover: Marcel A. W.
ISBN: 978-602-03-0988-0
Tahun Terbit: 2014
Tebal Buku: 184 halaman;20 cm

Dijodohkan?
Kalau pria itu tampan, berpendidikan, karier mapan dan berasal dari keluarga baik-baik, kenapa tidak?
Saat jam biologis terus berdetak dan ia tak kunjung memiliki hubungan yang langgeng dengan laki-laki, Eliz memutuskan menerima rencana mamanya untuk dikenalkan dengan Ken. Eliz nyaris tidak percaya saat proses perjodohan tersebut begitu lancar. Tak banyak basa-basi. Tidak ada pertentangan. Dalam waktu singkat mereka sudah sah menjadi suami istri dan saling beradaptasi. Namun, diam-diam Eliz bertanya-tanya dalam hati, mengapa pria yang nyaris sempurna seperti Ken bersedia menikahinya? Sikap Ken yang cuek dan dingin pun membuat Eliz curiga, jangan-jangan Ken tidak tertarik pada wanita ...
Ketika satu demi satu konflik menghantam rumah tangga mereka, akankah Eliz mundur dan menyudahi semua  atau membuka hati dan belajar mencintai suaminya?

Mulailah berbagi hati dengan lelaki yang mungkin kelak akan kamu cintai. Hal 20

Tema perjodohan sepertinya selalu menjadi tema favorit yang diangkat dalam novel. Learning To Love salah satunya. Risau karena putri bungsu tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan segera menikah, orangtua Eliz dan kakaknya Putri menyusun rencana untuk mengenalkan dirinya dengan Ken. Putra sahabat ibunya, seorang PNS di Departemen Lingkungan Hidup. Sadar kalau usianya tidak muda lagi -33 tahun- dan kalau orangtuanya akan tetap memaksakan kehendak mereka, Eliz pasrah pada rencana orangtuanya. Ken ternyata pria yang tampan. Pertemuan singkat yang berujung pada pernikahan. Hari-hari Eliz dan Ken diisi dengan saling beradaptasi. Tapi menyatukan dua pribadi yang bertolak belakang, ditambah tanpa ada perasaan cinta di antara keduanya bukanlah perkara yang mudah. Eliz yang perfeksionis dan cenderung tertutup dengan perasaannya, bertemu Ken yang cuek dan menganggap sepele terhadap hal-hal yang seringkali dianggap penting oleh Eliz. Masing-masing punya dambaan bagaimana sebuah pernikahan itu harusnya berjalan, tapi masing-masing hanya diam dan menyimpan rapat isi hati mereka. Keduanya terlalu lama membiarkan ruang kosong dalam pernikahan mereka. Berhasilkah pernikahan Eliz dan Ken? Silahkan baca novelnya.

Everyone wants to get married because of love. Hal 170

Meski mengangkat tema perjodohan dan pernikahan tanpa unsur cinta, tapi jalan ceritanya ringan-ringan saja. Semua hanya masalah perasaan dan keterbukaan saja. Itu yang menjadi konflik utama cerita. Cara penulis bertutur begitu sederhana, seolah sedang mendengarkan curhatan teman baik. Aku sangat menikmati jalan ceritanya. Cuma gemes saja dengan sikap Eliz dan Ken. Perasaan kesal kalau terlalu lama dipendam tanpa dibicarakan, akan menjadi bom waktu dalam hancurnya sebuah hubungan. Begitu pula dengan keinginan tanpa ada perbuatan. Intinya, masing-masing harus bisa menerima kekurangan masing-masing. Jangan egois juga. Saran dari keluarga terdekat sekalipun pahit menurut kita, harus diterima, jangan diabaikan. Kurang lebih itu pesan yang coba disampaikan penulis. Bahasa yang ringan, dengan konflik yang bikin gemas, dan selipan kutipan-kutipan yang kena di hati, membuat aku sangat merekomendasikan novel ini. Khususnya bagi pembaca yang sedang menghadapi percobaan perjodohan, atau yang sudah siap menikah. Karena novel ini mengajarkan kita bagaimana seharusnya bersikap saat ada di posisi Eliz dan Ken.

Selalu, sesuatu yang indah itu pada akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Hal 19

Tuhan tidak pernah salah memberi jodoh pada umatnya. Yang salah adalah umatnya itu sendiri yang terkadang mengabaikan instingnya. Hal 53

Ia tidak pernah tahu kalau cinta bisa jadi begitu menyebalkan dan mampu menguasai emosinya. Hal 96

Bukannya dalam berumah tangga itu seperti menanam bibit dari pohon yang kita cintai, yang kita inginkan untuk tumbuh, berbunga dan berbuah? Jadi, kupikir menikah atau berumah tangga itu proses seumur hidup untuk terus mencintai. Hal 150

Begitulah proses kehidupan, menyambut yang baru dan menenggelamkan yang lalu. Hal 151

Hanya saja ... adakah niat kalian untuk saling jatuh cinta? Hal 166

Memiliki pasangan hidup bukan sesuatu yang mudah. Hal 170

Tidak ada ego yang perlu dipertahankan dalam rumah tangga. Hal 174

3 of a 5 Stars
 
 

4 komentar:

Eni Martini on 13/01/16, 16.15 mengatakan...

Terima kasih atas apreasiasinya ^_^

Mellisa Assa on 14/01/16, 11.23 mengatakan...

aduh dikomen penulisnya :D
iya, sama-sama mbak Eni, sukses selalu yah? :)

Eni Martini on 29/03/16, 17.11 mengatakan...

Aamiin, btw group KEB juga kah?mungkin suatu saat kita ketemu ya dlm acara KEB ^_^

Mellisa Assa on 29/03/16, 18.41 mengatakan...

iya mbak eni, masih newbie di KEB. Insya Allah yah mbak bisa ketemu nanti. ditunggu novel selanjutnya :)

Posting Komentar

 

Mells Book's Shelves © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor